Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Okupansi Hotel Konsisten Tinggi

SAMARINDA – Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Kaltim pada November 2023 mencapai 67,39 persen. Naik 5,00 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara, jika dibandingkan dengan November 2022, mengalami peningkatan sebesar 0,88 poin. Saat ini okupansi di Bumi Etam konsisten berada di angka yang cukup tinggi. Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Kaltim Wied Paramartha mengatakan, tren okupansi memang konsisten meningkat. Apalagi saat weekend, hampir semua hotel di Samarinda dan Balikpapan pasti penuh. Minimal, rata-rata okupansi saat weekend mencapai 90 persen. Saat weekend biasanya banyak masyarakat yang memilih staycation. Kunjungan, misalnya, dari Kukar, Kutim, Bontang, ke Balikpapan atau Samarinda, membuat hunian kamar selalu penuh. “Penyebab okupansi selalu penuh karena market yang selama ini sudah ada tidak pernah berubah. Lalu ditambah lagi dengan adanya IKN. Maka supply yang ada saat ini terbatas, di tengah lonjakan demand yang begitu besar,” katanya, Selasa (9/1). Menurutnya, dulu sebelum ditetapkannya Kaltim sebagai ibu kota negara yang baru, okupansi meningkat hanya saat weekend. Meskipun tidak penuh, tapi meningkat. Saat ini peningkatan saat weekdays juga terjadi. Tak lepas dari banyaknya kunjungan bisnis dari pemerintahan pusat ke IKN. Kegiatan-kegiatan lembaga pemerintah membuat okupansi saat weekdays terus meningkat. Apalagi, untuk Balikpapan, meski kunjungan ke IKN biasanya menginapnya tetap di Kota Minyak. “Kita harus akui IKN ini membuat okupansi penuh. Saat weekdays saja, rata-rata keterisian kamar mencapai 60-70 persen. Sedangkan saat weekend paling rendah okupansi mencapai 90 persen,” jelasnya. Menurutnya, saat weekend masyarakat kesulitan mendapatkan kamar hotel jika tidak memesan dari jauh hari. Masih banyaknya permintaan yang belum terpenuhi ini menandakan bahwa jumlah ketersediaan kamar belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga supply dan demand dianggap belum serasi. Hal ini menunjukkan masih banyaknya potensi pembangunan hotel di Kaltim. Utamanya Samarinda. Dua tahun belakangan ini, di Samarinda banyak kedatangan hotel baru namun nyatanya tidak merusak pasar hotel-hotel yang sudah lebih dulu ada. Hadirnya Mercure, Fugo, Puri Senyiur, dan lainnya, tidak mempengaruhi okupansi hotel-hotel yang lebih dulu menghuni Kota Tepian. Okupansi hotel-hotel tetap penuh secara keseluruhan. “Rata-rata okupansi kita sudah sangat baik, terus meningkat. Bahkan selalu penuh saat akhir pekan,” pungkasnya. NATARU, BALIKPAPAN 60 PERSEN Balikpapan dan Samarinda selalu menjadi tujuan masyarakat Kaltim saat libur panjang. Seperti halnya Natal dan tahun baru. Namun, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan mencatat, hunian hotel pada libur panjang Nataru kemarin mengalami penurunan dibanding momen yang sama pada tahun sebelumnya. Ketua PHRI Balikpapan Soegianto mengungkap, bisnis perhotelan di Kota Minyak masih cenderung menurun jika dibandingkan 2022. Ia menilai geliat hotel di momen pergantian tahun 2023 menuju 2024 tak mengalami peningkatan. “Okupansi kamar di Balikpapan pada liburan Nataru (2023-2024) hanya mencapai 60 persen. Tahun sebelumnya (2022-2023) bisa mencapai 80 persen,” sebut Soegianto. Dia menilai, penurunan itu, salah satunya, karena kegiatan tahun baru di hotel tidak merayakan pesta kembang api seperti biasa. Tahun ini hotel hanya menggelar gala dinner. Ditambah lagi faktor ekonomi yang disebutnya masih belum stabil, dan kenaikan harga barang-barang yang makin meroket, membuat masyarakat membatasi diri. Faktor lainnya, kata dia, kebanyakan masyarakat lebih memilih menikmati liburan dan pergantian tahun baru dengan keluar kota. Kondisi yang jelas berbeda, karena tahun lalu masyarakat belum berani keluar kota. Adapun tamu yang menginap di Balikpapan, masih didominasi dari sekitar Samarinda, Tenggarong, Penajam, dan Grogot. Sedangkan bagi tamu dari luar pulau akan lebih memilih daerah pariwisata seperti Bali, Jogjakarta, Bandung, dan lainnya. Soegianto berharap, pada 2024 perekonomian masyarakat kian kuat. Di tengah situasi sekarang, di mana Indonesia memasuki tahun politik, serta pembangunan berbagai proyek strategis nasional bisa berdampak positif terhadap industri perhotelan dan pariwisata Balikpapan. Dia juga berharap pemerintah dapat secara berkala menyelanggarakan event nasional, baik olahraga, pendidikan, dan lainnya sehingga geliat ekonomi lebih meningkat lagi. “Semakin banyak kegiatan dihelat pastinya bagus bagi peningkatan okupansi hotel. Tidak hanya hotel, pariwisata kita baik alam maupun buatan, hingga merambat ke resto juga akan merasakan dampaknya. Dari itu kita harus tetap semangat dalam menjalani dunia usaha saat ini,” pungkasnya. (dwi/jnr) SAMARINDA – Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Kaltim pada November 2023 mencapai 67,39 persen. Naik 5,00 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara, jika dibandingkan dengan November 2022, mengalami peningkatan sebesar 0,88 poin. Saat ini okupansi di Bumi Etam konsisten berada di angka yang cukup tinggi. Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Kaltim Wied Paramartha mengatakan, tren okupansi memang konsisten meningkat. Apalagi saat weekend, hampir semua hotel di Samarinda dan Balikpapan pasti penuh. Minimal, rata-rata okupansi saat weekend mencapai 90 persen. Saat weekend biasanya banyak masyarakat yang memilih staycation. Kunjungan, misalnya, dari Kukar, Kutim, Bontang, ke Balikpapan atau Samarinda, membuat hunian kamar selalu penuh. “Penyebab okupansi selalu penuh karena market yang selama ini sudah ada tidak pernah berubah. Lalu ditambah lagi dengan adanya IKN. Maka supply yang ada saat ini terbatas, di tengah lonjakan demand yang begitu besar,” katanya, Selasa (9/1). Menurutnya, dulu sebelum ditetapkannya Kaltim sebagai ibu kota negara yang baru, okupansi meningkat hanya saat weekend. Meskipun tidak penuh, tapi meningkat. Saat ini peningkatan saat weekdays juga terjadi. Tak lepas dari banyaknya kunjungan bisnis dari pemerintahan pusat ke IKN. Kegiatan-kegiatan lembaga pemerintah membuat okupansi saat weekdays terus meningkat. Apalagi, untuk Balikpapan, meski kunjungan ke IKN biasanya menginapnya tetap di Kota Minyak. “Kita harus akui IKN ini membuat okupansi penuh. Saat weekdays saja, rata-rata keterisian kamar mencapai 60-70 persen. Sedangkan saat weekend paling rendah okupansi mencapai 90 persen,” jelasnya. Menurutnya, saat weekend masyarakat kesulitan mendapatkan kamar hotel jika tidak memesan dari jauh hari. Masih banyaknya permintaan yang belum terpenuhi ini menandakan bahwa jumlah ketersediaan kamar belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga supply dan demand dianggap belum serasi. Hal ini menunjukkan masih banyaknya potensi pembangunan hotel di Kaltim. Utamanya Samarinda. Dua tahun belakangan ini, di Samarinda banyak kedatangan hotel baru namun nyatanya tidak merusak pasar hotel-hotel yang sudah lebih dulu ada. Hadirnya Mercure, Fugo, Puri Senyiur, dan lainnya, tidak mempengaruhi okupansi hotel-hotel yang lebih dulu menghuni Kota Tepian. Okupansi hotel-hotel tetap penuh secara keseluruhan. “Rata-rata okupansi kita sudah sangat baik, terus meningkat. Bahkan selalu penuh saat akhir pekan,” pungkasnya. NATARU, BALIKPAPAN 60 PERSEN Balikpapan dan Samarinda selalu menjadi tujuan masyarakat Kaltim saat libur panjang. Seperti halnya Natal dan tahun baru. Namun, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan mencatat, hunian hotel pada libur panjang Nataru kemarin mengalami penurunan dibanding momen yang sama pada tahun sebelumnya. Ketua PHRI Balikpapan Soegianto mengungkap, bisnis perhotelan di Kota Minyak masih cenderung menurun jika dibandingkan 2022. Ia menilai geliat hotel di momen pergantian tahun 2023 menuju 2024 tak mengalami peningkatan. “Okupansi kamar di Balikpapan pada liburan Nataru (2023-2024) hanya mencapai 60 persen. Tahun sebelumnya (2022-2023) bisa mencapai 80 persen,” sebut Soegianto. Dia menilai, penurunan itu, salah satunya, karena kegiatan tahun baru di hotel tidak merayakan pesta kembang api seperti biasa. Tahun ini hotel hanya menggelar gala dinner. Ditambah lagi faktor ekonomi yang disebutnya masih belum stabil, dan kenaikan harga barang-barang yang makin meroket, membuat masyarakat membatasi diri. Faktor lainnya, kata dia, kebanyakan masyarakat lebih memilih menikmati liburan dan pergantian tahun baru dengan keluar kota. Kondisi yang jelas berbeda, karena tahun lalu masyarakat belum berani keluar kota. Adapun tamu yang menginap di Balikpapan, masih didominasi dari sekitar Samarinda, Tenggarong, Penajam, dan Grogot. Sedangkan bagi tamu dari luar pulau akan lebih memilih daerah pariwisata seperti Bali, Jogjakarta, Bandung, dan lainnya. Soegianto berharap, pada 2024 perekonomian masyarakat kian kuat. Di tengah situasi sekarang, di mana Indonesia memasuki tahun politik, serta pembangunan berbagai proyek strategis nasional bisa berdampak positif terhadap industri perhotelan dan pariwisata Balikpapan. Dia juga berharap pemerintah dapat secara berkala menyelanggarakan event nasional, baik olahraga, pendidikan, dan lainnya sehingga geliat ekonomi lebih meningkat lagi. “Semakin banyak kegiatan dihelat pastinya bagus bagi peningkatan okupansi hotel. Tidak hanya hotel, pariwisata kita baik alam maupun buatan, hingga merambat ke resto juga akan merasakan dampaknya. Dari itu kita harus tetap semangat dalam menjalani dunia usaha saat ini,” pungkasnya. (dwi/jnr)