Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Kabur Sejenak dari Polusi Udara Jakarta, Bali Jadi Tujuan hingga Ada Peningkatan Okupansi Hotel

TRIBUNTRAVEL.COM - Belakangan ini ramai pembahasan soal udara di Jakarta. Polusi udara di Jakarta makin parah, hingga langit biru yang indah pun tertutup kabut. Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di kawasan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2023). Berdasarkan data IQAir pukul 19.00 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 155 atau masuk kategori tidak sehat. (Tribunnews/JEPRIMA) Gedung-gedung pencakar langit juga ikut tertutup keberadaan kabut tipis yang menghalangi pandangan. Dengan adanya polusi udara yang kian memburuk, liburan sejenak dari Jakarta ke kota lain pun jadi pilihan untuk menikmati udara segar. Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Kian Memburuk, Jokowi Dorong Pekerja WFH hingga Rekayasa Cuaca Salah satu yang menjadi destinasi berlibur sejenak dari polusi udara yang meliputi Jakarta adalah Bali. Hal ini memberikan dampak bagi okupansi atau tingkat hunian kamar hotel di Pulau Dewata itu. Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Suryawijaya saat diwawancarai mengatakan bahwa okupansi sedikit terpengaruh dari kejadian tersebut. Kenaikan okupansi sudah terlihat, walau tidak signifikan. “Ada pengaruh, tapi tidak siginifikan. Dia (warga ibukota) kan tidak menetap, mereka berlibur. Lebih baik dia berlibur di Bali, udaranya masih lebih bagus daripada ibu kota," jelas Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Suryawijaya pada Selasa (22/8/2023) pada TribunBali.com. Kenaikan okupansi ini dikatakannya mulai terjadi sejak awal Juli 2023 lalu. Ilustrasi wisatawan di Pantai Legian Kecamatan Kuta, Badung, Bali. (Flickr/Aaron Toth) Ketidaknyamanan warga di ibu kota diakuinya akan membuat mereka pergi ke Bali. Tidak hanya Bali, beberapa daerah lainnya juga menjadi destinasi liburan sementara untuk bebas dari hiruk pikuk kota besar. Bali sendiri menurutnya tentu akan mendukung perpindahan tersebut jika dari sisi berlibur. Namun, jika perpindahan bersifat permanen dan membuat penuh, tentu tidak akan baik untuk Bali karena bisa menjadi beban.