TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Hotel dan restoran di bawah naungan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, Bali saat ini sedang bernapas lega. Sebab, hampir tiga tahun digempur pandemi Covid-19, hingga ada yang sampai tidak beroperasi dikarenakan terhimpit biaya operasional. Namun pada April 2024 ini, sebagian besar hotel dan restoran di Ubud sudah mulai bangkit. Ketua PHRI Gianyar, Adit Pande, Selasa 9 April 2024 mengatakan, saat ini rata-rata okupansi hotel di Ubud di angka 80 persen. Baca juga: Ke Bali Jangan Bawa Mobil Pribadi, Prediksi Libur Lebaran Okupansi di Bali Naik 80 Persen Kata dia, hal tersebut merupakan berkah libur Ramadhan dan libur Paskah di Australia yang berlangsung selama sepekan. "Okupansi saat ini bagus, rata-rata di angka 80 persen. April ini sangat bagus, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara, karena saat ini banyak yang menginap di Ubud serangkaian libur Idul Fitri dan Paskah di Australia," ujar Adit. Selain dirasakan oleh hotel, kata dia, restoran di Ubud juga merasakan dampak positif atas long weekend ini. Sebab, tak sedikit wisatawan yang menginap di Bali selatan, dalam hal ini, Kuta dan Kuta Selatan, datang ke Ubud untuk wisata kuliner. "Restoran-restoran di Ubud juga merasakan dampak positifnya," ujarnya. Adit menyampaikan permakluman bahwa saat ini, hotel dan restoran di Ubud belum bisa memberikan diskon. Sebab, saat ini akomodasi pariwisata di Ubud sedang berusaha bangkit dari keterpurukan, sehingga momentum ini digunakan untuk merecovery keuangan. Terlebih lagi, pasca bencana di Bedugul, banyak petani sayuran yang menjadi penyuplai hotel dan restoran di Ubud mengalami gagal panen, sehingga harga jual dari petani mengalami peningkatan. Salah satunya bayam Inggris yang saat ini harganya naik empat kali lipat. "Yang bisa kami berikan pada wisata dalam kondisi seperti ini, hanya tidak menaikan harga, saya harap bisa dimaklumi," ujarnya. Terkait kemacetan di Ubud, Adit mengatakan sebenarnya hal tersebut relatif mengganggu. Namun sebagian besar wisatawan sudah memahami. Sebab dalam hal ini, pemerintah kabupaten maupun aparat kepolisian, telah gencar mencari solusi dan melakukan pembenahan. "Tamu memang ada yang komplain, tapi mereka mulai memahami bahwa kemacetan hanya terjadi di sentral Ubud, di luar Ubud lalu lintas sudah lengang. Harapan kami, semoga pihak berwenang terus mengupayakan solusi, agar kemacetan di Ubud benar-benar bisa teratasi," ujarnya. (*) Kumpulan Artikel Gianyar