Jogja - Okupansi hotel selama libur Lebaran di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut tidak menembus 90 persen. Data itu tidak seramai saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono menyebut angka tertinggi okupansi memang sempat menembus 97 persen. Namun, itu hanya berlangsung satu hari, tepatnya pada Jumat (12/4/2024). Angka itu didominasi wisatawan yang berlibur di Hari Raya Idul Fitri."Nah 12 (April) itu puncaknya sampai hampir 100 persen, 97 persen berapa gitu, tapi tanggal 12 saja," jelas Deddy saat dihubungi melalui telepon, Senin (15/4/2024). ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT Deddy menuturkan kondisi riil libur Lebaran ini meleset dari prediksi awal. Sebelumnya DPD PHRI DIY memprediksi okupansi mulai meningkat pada 9 April 2024 mencapai 60 persen, namun faktanya di kisaran 40 persen hingga 50 persen.Okupansi mulai merangkak naik H+1 Lebaran atau 11 April 2024. Pihaknya mencatat tingkat hunian pada periode tersebut mencapai 70 persen. Hingga mencapai puncaknya 97 persen pada Jumat (12/4/2024)."Tapi tanggal 13 (13 April) turun ke 80 persen. Tanggal 14 masih tetep 80 persen lah rata-rata, tapi 15 sudah menurun perlahan. Kalau dari rata-rata selama libur Lebaran ya 85 persen lah," katanya.Deddy menuturkan tingkat okupansi ini cenderung rendah. Jika dibandingkan dengan masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024. Sebagai perbandingan tingkat okupansi rata-rata harian bisa mencapai 90 persen."Tinggi Nataru, bisa 90 persen lebih, kalau kemarin itu, kalau bicara rata-rata se-DIY. Dari tanggal 10 sampai 15 itu 85 persen dengan lama tinggal dua koma sekian hari," ujarnya.Suasana Simpang Empat Tugu Pal Putih Jogja. Foto diunggah Senin (15/4/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogjaDeddy menduga ada beberapa penyebab turunnya angka okupansi. Di antaranya kemacetan di kawasan tengah dan menuju Kota. "Dugaan kami karena wisatawan menunda kunjungan, lalu pusat kota dan tempat wisata terjadi kemacetan dan masih ada agenda keluarga halal bihalal, sehingga prediksi okupansi meleset," jelas Deddy.Di satu sisi dia juga menduga para wisatawan memilih untuk tinggal di home stay desa. Alasan utama untuk menghindari kepadatan lalu lintas tempat menginap. Baru setelahnya untuk berlibur menuju pusat kota atau destinasi wisata lainnya."Kayak vila penginapan di desa yang belum gabung kita nggak bisa monitor. Padahal kemarin juga dilihat dari jalan kita menuju kita, dari Jombang menuju Jogja itu padat," katanya.Deddy turut memberikan catatan atas kondisi ini. Dia menilai pemerintah kurang tanggap atas celah libur Lebaran. Terbukti dengan minimnya agenda yang bisa mengundang wisatawan. Terutama di pusat-pusat destinasi wisata."Kami ingin menggenjot itu, tapi PHRI tidak bisa sendirian. Butuh badan promosi wisata DIY Kabupaten Kota, Dispar dan stakeholder wisata lain SKPD lain yang terkait," ujarnya. Simak Video "Kemenparekraf Usul Hotel Berikan Diskon di Momen Ramadan " [Gambas:Video 20detik] (apu/ams)