Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25% pada April 2024. Suku bunga deposit facility naik ke posisi 5,50% dan lending facility sebesar 7%. Kalangan pengusaha menilai kenaikan suku bunga itu bakal berdampak terhadap penyerapan di sektor riil."Pengaruh ke permintaan di pasar, orang menahan untuk pinjam uang, kalau orang ngga pinjam uang, yang belanja kurang. Yang punya uang simpan di bank karena dapat bunga lebih tinggi. Sehingga uang yang beredar di masyarakat sedikit, akibatnya daya beli masyarakat menurun," kata Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/4/2024).Ketika daya beli masyarakat menurun, maka aktivitas dan perputaran uang di masyarakat kian menipis. Sebagai contoh, orang bakal lebih menahan pembelian kendaraan seperti mobil hingga properti seperti rumah lewat Kredit Pemilikan Rumah (KPR). "Cicilan rumah, cicilan mobil dengan sendiri orang akan memangkas keperluan sekunder dan tersier, orang akan melakukan itu dulu, punya uang untuk makan aja dulu," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta itu.Karena itu, masih ada harapan dari pelaku usaha lain agar pemerintah tidak menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi. Pasalnya, selain kenaikan suku bunga juga ada faktor lain yakni tingginya Dolar AS belakangan.Melansir data Refinitiv, pada pembukaan pagi ini, Kamis (25/4/2024) pukul 09.00 WIB rupiah langsung dibuka merosot 0,19% menuju Rp16.180/US$, selang satu menit harga terus melemah 0,37% menembus Rp16.210/US$."Harapan pengusaha kepada Pemerintah simplikasi dan digitalisasi administrasi dan BI jangan menaikkan bunga," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/4/2024).Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyi menjelaskan, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability."Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," katanya saat konferensi pers secara daring, Rabu (24/4/2024).Kenaikan BI Rate kali ini menjadi yang pertama sejak BI menahan suku bunga acuannya di level 6% pada Oktober 2023 lalu.Menanggapi kenaikan BI rate tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,2% akan bisa tetap dicapai karena potensi arus investasi yang masuk ke Indonesia masih sangat besar dengan target tahun ini Rp 1.400 triliun. Terutama seusai kepastian pemimpin RI di masa depan, lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pilpres 2024. [Gambas:Video CNBC] Artikel Selanjutnya Sah! BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6% (dce)