Ilustrasi--Salah satu lokasi yang bakal menjadi percontohan pengembangan destinasi wisata halal. Semarang: Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan jumlah pelancong di berbagai destinasi wisata di Jawa Tengah. Program wisata halal yang kembali diluncurkan, diharapkan mampu meningkatkan jumlah wisatawan dari dalam dan luar negeri. Bahkan promosi wisata halal secara digital diaktifkan. "Wisata halal di Jawa Tengah sebenarnya telah dimulai sejak 2019, tapi karena pandemi covid-19 jadi terhenti," kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Jumat, 4 Agustus 2023. Memasuki 2023, lanjut Taj Yasin, program wisata halal kembali dilanjutkan dengan melakukan pembenahan dari mulai hulu hingga hilir karena selama ini hotel yang bersertifikat halal masih sedikit, juga Rumah Potong Hewan (RPH) yang jadi pangkal untuk dijadikan bahan makanan juga masih minim. Padahal potensi pasar wisata halal ini sangat besar karena tidak hanya wisatawan muslim saja, pelancong nonmuslim juga sangat berminat terhadap wisata halal ini. "Akan ada 35 ribu wisatawan yang berkumpul di Indonesia, karena Indonesia akan menjadi tuan rumah Global Muslim Travel Indeks," imbuhnya. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaptura, saat Festival Jateng Syariah (FAJAR) di Gumaya Tower Hotel Semarang Kamis, 3 Agustus 2023, mengatakan Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko bakal menjadi percontohan pengembangan destinasi wisata halal. Tahun ini fokus pengembangan wisata di Jawa Tengah pada wisata ramah muslim. Sedangkan tahun lalu fokus pengembangan adalah pada peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sertifikasi halal. "Tahun ini kami akan meluaskan ke sektor lain, yaitu pariwisata dan fashion modis halal," ungkap Rahmat. Sebanyak 500 UMKM di Jawa Tengah, telah mendapatkan pendampingan untuk mendapatkan sertifikasi halal, juga PT Taman Wisata Candi (TWC) yang mengelola Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko juga telah menerapkan fasilitas yang ramah bagi wisatawan muslim. "Meskipun Candi bukan merupakan petilasan muslim, namun fasilitasnya sangat ramah bagi wisatawan muslim," tambahnya. Sementara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah Heru Isnawan menyebutkan wisata ramah muslim di Jawa Tengah dinilai potensial untuk dikembangkan, sehingga pelaku industri pariwisata bersiap menyambut peluang tersebut. "PHRI siap menyambut potensi itu, karena pariwisata ini kontribusinya banyak dari perhotelan dan restoran," ucap Heru. Sebagai tindak lanjut dan dukungan, PHRI kini tengah gencar melakukan sosialisasi utamanya kepada para anggota mengenai wisata ramah muslim, yakni memberikan pemahaman mengenai wisata ramah muslim yakni perlu ditekankan. Wisata tersebut bukanlah secara eksklusif untuk umat muslim, terapi secara inklusif dengan adanya penambahan layanan yang ramah muslim.