DENPASAR, NusaBali - Kalangan pelaku pariwisata Bali meminta pemerintah secepatnya membenahi infrastruktur, terutama akses jalan dan simpul-simpul kemacetan lalu lintas (lalin) selama ini. Bila tidak ada pembenahan atau waktunya berlarut-larut, kondisi krodit semakin parah, akan menjadi preseden buruk bagi pariwisata Bali. “Terutama dari kalangan wisman (wisatawan mancanegara) Eropa sudah sering ada keluhan dan kesan, kalau kita (Bali) banyak macet,” ujar Ismoyo S Soermarlan, pemilik Vila Uma Sapna di kawasan Seminyak, Kuta, Badung, Jumat (3/5).Dia khawatir hal ini berimplikasi penurunan minat wisman asal Eropa berkunjung ke Bali, sehingga jumlahnya berkurang. “Padahal wisman Eropa merupakan salah satu market pariwisata Bali,” ujar Ismoyo Soemarlan yang juga Penasehat PHRI Kabupaten Badung.Jangan sampai, lanjutnya, wisman asal Eropa yang notabena merupakan langganan Bali, malah digaet pesaing, salah satunya Thailand, yang sebenarnya jumlah kunjungan wismannya sudah melebihi dari kunjungan wisman ke Bali. “Di sana dilakukan pembenahan infrasktruktur, jalan bawah tanah, permukaan dan jalan layang atau MRT,” ungkapnya.Soal budget atau anggaran, menurut Ismoyo Soemarlan tentu faktor mendasar. Terkait itu, dia mengingatkan adanya pos-pos pemasukan yang diperoleh pemerintah dari wisatawan, khususnya wisman. Antara lain visa on arival (VOA). Kemudian belakangan berlaku sejak 14 Februari penerapan Pungutan Wisatawan Asing sesuai Perda Nomor 6 Tahun 2023 sebesar Rp 150.000. “Kalau umpamanya ada 4 wisatawan asing sekeluarga, berarti sudah kena Rp 600 ribu,” ujarnya.Pembenahan infrastruktur tersebut sejalan dengan tujuan pungutan terhadap wisman, yakni perlindungan alam, adat dan budaya Bali. “Jadi wisman bisa merasakan manfaatnya dari apa yang mereka sumbangkan,” imbuh Ismoyo Soemarlan.Hal senada juga dikatakan Ketua Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB) I Gusti Kade Sutawa. “Membaiknya pariwisata Bali, sekaligus menjadi moment untuk membenahi infrastruktur, terutama ruas-ruas jalan yang macet akut selama ini,” ucap pria yang juga Ketua Umum Nawacita Pariwisata Indonesia (NCPI).Menurutnya, pembenahan infrakstruktur urgen dalam rangka membangun pariwisata Bali yang berkualitas dan berkelanjutan. Pendapatan masyarakat dan perekonomian masyarakat Bali, mau tidak mau, suka atau tidak suka, saat ini dominan bergantung pada sektor pariwisata. “Jadi rencana-rencana pembangunan infrastruktur dan lingkungan diharapkan bisa direalisasikan,” harap tokoh pariwisata asal Kabupaten ‘Makepung’ Jembrana. 7 k17