SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah sopir pariwisata konvensional di kawasan Pantai Lovina, Buleleng mengeluhkan soal perang tarif dengan penyedia jasa transportasi daring atau online. Perang tarif itu disebut menjadi penyebab para sopir konvensional mengaku mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Keluhan para sopir itu, pun mereka sampaikan ke salah satu pelaku pariwisata yang juga dewan penasehat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng, Nyoman Arya Astawa alias Mang Dauh. Para sopir itu pun berharap, keluhan yang disampaikan itu bisa dicarikan solosi. Perwakilan sopir pariwisata, I Kadek Sarjana mengatakan, harga yang ditawarkan sopir online sangat berdampak bagi para sopir konvensional. Sebab, para sopir online itu mengambil harga cenderung lebih murah. Hal itu otomatis menurunkan pendapatan para sopir pariwisata di Buleleng, khusunya di kawasan Lovina.“Secara otomatis pendapatan kami langsung berkurang, karena perang tarif jauh sekali. Kami jelas tidak bisa mengikuti transportasi online yang harganya terlampau di bawah,” keluhnya, Senin (6/5).Dengan kondisi itu, pihaknya pun berharap bisa dibentuk organisasi khusus untuk para sopir wisatawan di Buleleng. Dengan organisasi itu, diharapkan bisa menghilangkan perang harga antara sopir konvensional dengan angkutan online.“Ini juga menyangkut nama baik Lovina. Jadi ketika transportasi online kurang bagus dalam bahasa Inggris, tentu nanti berdampak ke kami para sopir. Para wisatawan jadi tidak percaya lagi,” imbuh dia.Sementara itu, menanggapinya keluhan para sopir pariwisata, Mang Dauh menyebut jika hal itu sudah menjadi paradigma yang belum terpecahkan hingga kini. Ia menyebut, jika keluh kesah yang disampaikan para sopir itu seharusnya diberikan wadah. Dengan wadah itu, diharapkan tidak ada lagi tumpang tindih, antara angkutan online dan konvensional. Termasuk adanya perang harga. “Ini pelan pelan kita akan diskusikan agar bisa terpecahkan masalahnya. Intinya harus ada wadah untuk mereka. Harapan kita juga pemerintah bisa hadir demi kemajuan pariwisata di Buleleng,” jelasnyaTerpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, I Gede Dody Sukma Oktiva Askara menyebut, keluhan yang disampaikan para sopir konvensional akan dikaji terlebih dahulu, sebelum mencarikan solusi. Sementara terkait terjadi perang harga, pihaknya tidak bisa membatasinya hal tersebut. Sebab para wisatawan memiliki keleluasaan untuk memilih angkutan sesuai keinginan mereka.“Kami juga akan lakukan pendataan terhadap transport yang ada. Karena banyak yang ngaku-ngaku saja punya transport. Jadi kami akan kaji dulu,” singkat dia.7 mzk