Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

ASITA dan PHRI DIY Rasakan Dampak Pelarangan Study Tour di Berbagai Daerah - Tribunjogja.com

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) DIY menyebut pelarangan study tour di berbagai daerah kontraproduktif dengan slogan pemeintah #diIndonesiaaja. Pelaksana tugas Ketua ASITA DIY, Edwin Ismedi Himna mengatakan kecelakaan yang terjadi beberapa waktu lalu seharusnya menjadi evaluasi bagi semua pihak, seperti kelayakan transportasi, driver, jarak tempuh, dan lain-lain. “Kami melihat larangan ini sangat kontraproduktif dengan slogan pemerintah. Karena larangan berwisata ini mendatangkan efek domino yang sangat beragam, ada UMKM, catering, restoran, dan lain-lain yang terkena dampaknya secara ekonomi,” katanya, Senin (20/05/2024). Baca juga: Eks Wawali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi Soroti Aktivitas Study Tour Sekolah, Ini Catatannya Pihaknya sudah merasakan dampak dari pelarangan study tour dari berbagai daerah. Dampaknya, sudah beberapa konsumen yang membatalkan perjalanan dan juga me-reschedule. “Dampaknya sudah kami rasakan. Ada yang membatalkan dan reschedule, khususnya dari Jawa Barat,” ujarnya. Dalam penyelenggaraan study tour, pihaknya meminta anggota ASITA DIY untuk mengikuti aturan dari Kementerian Perhubungan terkait kendaraan yang digunakan. Kendaraan yang digunakan wajib taat KIR dan terdata di Kementerian Perhubungan. Terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengungkapkan perhotelan di DIY khususnya bintang tiga ke bawah sudah merasakan dampak pelarangan study tour di berbagai wilayah. Ia mencatat ada penundaan dan pembatalan sekitar 5-10 persen. “Ada yang memang menunda di Juli dan Agustus. Tetapi ada juga yang membatalkan, sambil menunggu perkembangan lebih lanjut. Yang terkena dampaknya itu hotel yang pangsanya study tour, bintang tiga ke bawah, terutama dari Jabar, dan sebagian DKI Jakarta,” ungkapnya. Menurut dia, pelaksanaan study tour tidak salah. Tidak ada bedanya dengan kunjungan kerja DPR dan instansi lain. Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan study tour adalah pemilihan armada bus yang digunakan. Ia menilai study tour memiliki banyak manfaat bagi siswa, selain melatih interaksi siswa, juga bisa belajar terkait dengan museum, hingga budaya daerah lain. “Yang salah itu kan bukan study tournya, tetapi mekanismenya. Yang negatif ya dievaluasi, bukan dilarang. Kami sudah berkomunikasi dengan PHRI pusat, katanya akan koordinasi dengan Kemendikbud, agar kebijakan tersebut dicabut,” ujarnya. (maw)