DENPASAR, NusaBali - Bali Villa Association (BVA) selalu berupaya menerapkan kearifan lokal Tri Hita Karana, dalam pengelolaan vila sebagai bagian dari industri pariwisata Bali. Hal itu karena implementasiTri Hita Karana tersebut merupakan salah satu usaha mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan atau Jro Hendrawan mengatakan Selasa (21/5). - "Bagaimana attitude staf dalam bersikap baik kepada tamu dan lingkungan mesti dilandasi Tri Hita Karana," ujar dia mencontohkan Pelatihan implementasi Tri Hita Karana dilaksanakan Senin (20/5)-Selasa(21/5), diikuti anggota BVA. Sebagai narasumber I Wayan Gede Suarsa, Ketua Peguyuban Pemerhati Tri Hita Karana yang juga Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung.Harapannya lanjut Jro Hendrawan, pengelola akomodasi dalam hal ini manajemen vila yang ber naung dalam BVA, memahami konsep Tri Hita Karana dan menerapkan dalam pengelolaan usaha akomodasi vila. "Ini kesungguhan BVA dalam hal ikut membangun pariwisata budaya Bali. Salah satunya menerapkan ajaran warisan budaya leluhur," ujar Jro Hendrawan.Kekhasan budaya dari nilai-nilai kearifan lokal Bali itulah, menjadikan pariwisata Bali memiliki sesuatu yang khas, membedakan dengan pariwisata di tempat lain. Menyinggung tingkat hunian vila, Putu Gede Hendrawan mengatakan cukup bagus. Terutama vila-vila di kawasan Nusa Dua, Uluwatu, Pecatu dan sekitar. "Ada yang 80 persen, 90 persen bahkan full booked," ungkapnya.Menurutnya perhelatan World Water Forum (WWF) 18-25 Mei, membantu signifikan keterisian kamar usaha akomodasi dalam hal ini vila. "Luar biasa, okupansi cukup bagus belakangan ini, "ujar tokoh pariwisata asal Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung.k17