TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelaku pariwisata khawatir persoalan sampah yang tak kunjung usai dapat mencoreng citra pariwisata DIY. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan okupansi hotel di DIY pada Juni 2024 terbilang baik, dengan rata-rata 70-80 persen. Bahkan untuk wilayah tengah, seperti Malioboro dan sekitarnya, okupansi hotel bisa mencapai 90 persen. Baca juga: Muhammadiyah Buka Suara Soal Serangan Siber PDN: Bukan Insiden Biasa Meski okupansi Juni 2024 sesuai target, namun ia khawatir capaian di bulan Juli mendatang menurun. Pasalnya permasalahan sampah di DIY masih belum terpecahkan. Bahkan pihaknya sudah mendapatkan keluhan, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara. “Wisatawan mancanegara kan sekarang sudah mulai masuk. Yang menginap di Prawirotaman itu kan kalau ke Malioboro jalan kaki. Ketika lewat Jalan Brigjen Katamso itu kan mencium bau tak sedap, ada depo di sana,” terangnya. “Yang domestik juga sudah ada keluhan. Sekarang ini kan wisatawan kalau pagi itu suka lari (joging). Ada juga yang mengeluh ketika lewat dekat Jalan Mayor Suryotomo , ada tumpukan sampah di pinggir jalan. Dan sampah ini tidak hanya di Kota Yogyakarta. Kemarin ada wisatawan yang mau ke Gunungkidul, melewati tumpukan sampah di pinggir jalan juga. Ini bikin kami was-was,” sambungnya. Deddy mencatat, reservasi untuk Juli 2024 baru mencapai 30-60 persen. Ia berharap Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) segera memberikan solusi terbaik. Sebab, industri pariwisata daerah lain sudah mulai berbenah. Ia khawatir wisatawan akan mengalihkan perjalanannya ke daerah lain karena persoalan sampah di DIY yang tidak tertangani dengan baik. Perhotelan anggota PHRI DIY pun wajib mengelola sampah secara mandiri. Selain menggunakan pihak ketiga, beberapa perhotelan di DIY bahkan melibatkan masyarakat sekitar untuk mengelola sampah. “Anggota PHRI DIY itu wajib punya SOP (standar operasional prosedur) pengelolaan sampah. Kalau tidak punya ya tentu tidak bisa mendapatkan sertifikasi. Hotel juga nggak boleh buang sampah di pinggir jalan. Kalau ada hotel anggota PHRI DIY yang ketahuan buang sampah di pinggir jalan, tentu akan kami tegur, bahkan bisa kami coret dari PHRI DIY,” terangnya. Ketua Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY, Edwin Ismedi Himna mengungkapkan saat ini gelombang wisatawan dari Eropa sudah mulai masuk ke DIY. Persoalan sampah yang belum tertangani ini dikhawatirkan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara tahun depan. “Yang kami khawatirkan itu dampak jangka panjangnya. Karena kan mereka itu kan booking sejak satu tahun yang lalu. Jadi yang besok datang itu ya sudah pesan, tinggal cetak tiket aja. Kalau mereka (wisman) itu kemudian ambil foto atau video lalu diunggah ke medsos, sangat merugikan citra pariwisata DIY,” ungkapnya. Meski belum menerima keluhan secara langsung dari wisatawan, namun ia berharap pemerintah bergerak cepat agar citra pariwisata DIY tidak tercoreng. Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo menambahkan kunjungan wisatawan ke DIY selama liburan sekolah masih baik, meski ada pelarangan study tour dari beberapa wilayah. “Kunjungan wisatawan cukup baik. Sepertinya pelarangan study tour tidak berdampak signifikan. Destinasi wisata juga masih ramai,” imbuhnya. (maw)