Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Ketua PHRI Gianyar Kini Dijabat Gede Karilo, Cok Ace Ajak Jaga Budaya Sebagai Kekayaan Gianyar

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar menggelar musyawarah cabang (Muscab) ke 5 di The Ubud Village Resort dan Spa, Rabu 3 Juli 2024. Dalam Muscab ini, terjadi perubahan Ketua PHRI dari Pande Adit digantikan I Gede Baskara Karilo, yang merupakan Owner Wapa Di Ume Ubud. Adit sendiri saat ini menjadi penasehat PHRI Gianyar. Pemilihan dilakukan secara aklamasi. Usai Muscab dilanjutkan dengan pelantikan, dihadiri oleh pejabat terkait Pemkab Gianyar, Ketua PHRI Bali, Prof Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, dan ketua PHRI se Bali. Pande Adit menjelaskan, dirinya memang tidak mengajukan diri dalam kepengurusan PHRI Gianyar periode 2024-2029. Hal tersebut selain untuk regenerasi kepengurusan, juga sesuai kesepakatan bersama bahwa setiap ketua PHRI Gianyar hanya menjabat satu periode. Baca juga: Ketua PHRI Gianyar Kini Dijabat Gede Karilo, Cok Ace Ajak Jaga Budaya Sebagai Kekayaan Gianyar Baca juga: Tabung Gas Meledak! Atap Bangunan Hingga Perabotan Luh Sadri Berserakan, Warga Kubu Karangasem Kaget Dalam Muscab ini, terjadi perubahan Ketua PHRI Gianyar dari Pande Adit digantikan I Gede Baskara Karilo, yang merupakan owner Wapa Di Ume Ubud. (Wayan Eri Gunarta-Tribun Bali) "Kita di Gianyar sudah ada komitmen 1 periode saja. Ini Muscab ke 5, jadi kita sudah punya 4 mantan," ujar Owner Ubud Village Resort dan Spa tersebut. Kata dia, seseorang boleh dilantik sebagai Ketua PHRI Gianyar tanpa batas periode, semasih anggota menghendaki atau yang bersangkutan ingin mengajukan diri kembali. "Awalnya PHRI boleh menjabat hanya 2 periode, tapi setelah Rakernas ada kebijakan, jika yang bersangkutan diinginkan atau ingin mengajukan diri, boleh dipilih kembali," ujarnya. Ditanya terkait PR Ketua PHRI Gianyar periode 2024-2029 ini, Adit menjelaskan bahwa industri pariwisata sudah kembali normal, pasca pandemi Covid-19. Namun, di balik geliat pariwisata ini, terdapat sisi positif dan negatif. "Positifnya tentu perputaran ekonomi. Kalau negatifnya, sejauh ini terdiri dari dua hal, mulai dari dampak lingkungan dan sosial. Secara lingkungan, terjadi banyak pencemaran lingkungan karena sampah, dan berkurangnya lahan terbuka hijau karena massifnya pembangunan pariwisata," katanya.  "Sementara dari segi sosialisasi, saya harap investor lebih banyak berbuat pada masyarakat. Seperti saat ada upacara, investor ikut terlibat baik dari segi tenaga atau dana, dan investor juga harus ikut menjaga kesucian pura," ujarnya. Bercermin dari hal tersebut, Adit menyarankan agar pengurus PHRI Gianyar yang baru, lebih mengeratkan kerjasama dengan seluruh stakeholder, berkolaborasi lintas asosiasi, dan tentunya menjadi partner pemerintah. Bersama-sama menjaga agar pariwisata Gianyar tidak kebablasan, supaya tidak ditinggalkan wisatawan. "PHRI Gianyar yang anggotanya merupakan putra daerah, tentu tidak ingin rumah kita rusak. Beda dengan investor luar, begitu mereka melihat Bali memasuki tanda kehancuran, mereka pasti langsung pergi, mencari tempat lain. Kami di PHRI Gianyar lahir dan sampai kapanpun akan di sini, sehingga kami akan menjaga Bali ini," tandasnya. Ketua PHRI Gianyar yang baru, I Gede Baskara Karilo, mengatakan bahwa, ada berbagai tantangan yang harus diselesaikan dalam masa kerjanya lima tahun ke depan, seperti pembenahan infrastruktur destinasi pariwisata di Kabupaten Gianyar, memajukan SDM pariwisata Gianyar serta menyudahi perang komisi pada restoran, yang seharusnya adalah perang kualitas. "Tentu kami mengharapkan dukungan semua pihak dalam mewujudkan pariwisata Kabupaten Gianyar lebih baik ke depannya," ujarnya. Sementara Cok Ace memaparkan bahwa pariwisata Gianyar tidak punya pantai pasir putih yang menjadi daya tarik pariwisata, tidak ada sunset, namun kekayaan pariwisata Gianyar hanyalah budaya. Karena itu, pihaknya mengajak semua anggota dan pengurus PHRI agar menjaga budaya Gianyar, baik alam maupun masyarakatnya. "Saya sangat khawatir, sebab saat ini banyak pihak yang acuh terhadap lingkungan. Kita seolah-olah tidak berdaya, jangankan berbuat, berbicara pun kita tak berdaya. Padahal investasi kita terancam. Untuk itu, mari kita bergerak memberikan arahan pada semua pihak, agar menjaga budaya kita," ujarnya. (*)