TRIBUN-BALI.COM - Kabar tol laut yang digadang-gadang Giri Prasta, ramai diperbicangkan khususnya di dunia maya. Ada yang setuju dan kurang setuju, ada yang paham dan belum paham dengan rencana ini. Lalu seperti apa sejatinya jalan tol laut itu? Akan ada pengurukan pantai secara besar-besaran jika proyek tol laut ini dilangsungkan. Pemkab Badung pun diminta melakukan kajian secara matang karena proyek ini akan menguruk pantai. Saat ini, belum semua pelaku pariwisata tahu tentang tol laut yang akan dibangun Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali menilai pengurukan pantai membutuhkan biaya mahal dan harus menggunakan pasir putih sesuai pasir di Pantai Kuta. "Kami belum diajak duduk bersama. Nanti bagaimana detailnya, apalagi ada pengurukan bibir pantai. Apa tidak akan merusak ombak dan yang lainnya?," ujar Wakil PHRI Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, Rabu (17/7). Ia berharap mega proyek ini dikaji dengan matang. Pembangunan jalan untuk wisatawan harus dilakukan tanpa merusak alam. "Jadi yang pasti kajiannya harus lebih matang dan tidak menyebabkan abrasi lagi," beber Ketua PHRI Badung ini. Baca juga: Tol Laut Giri Prasta Tak Seperti Bali Mandara, di Tepi Pantai Membentang dari Bandara ke Cemagi Baca juga: Harapan Prestasi Dari Bagas Adi, Perjalanannya Mulai Dari Piala Presiden 2024 Lawan Mantan Klubnya BERI KETERANGAN - Wakil PHRI Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya saat memberi keterangan kepada awak media. (Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta) Suryawijaya meminta Pemkab Badung sosialisasi lebih awal. Ia tak mau proyek ini hanya rancangan yang nantinya merusak alam. Soal infrastruktur untuk mengatasi kemacetan, selain jalan, hal yang tak kalah penting adalah kantong parkir. Macetnya di Bali khususnya Badung , kata dia, bukan karena overload dengan kedatangan wisatawan, namun karena infrastruktur yang belum memadai. Saat ini Bali menargetkan kunjungan tujuh juta wisatawan selama setahun. Hanya saja sampai bulan Juli 2024 ini yang baru terealisasi 2,5 juta. "Artinya tidak overload wisatawan. Bahkan untuk mencapai target susah, paling bisa mendatangkan wisatawan maksimal 6,5 juta. Kemacetan yang menjadi masalah saat ini. Sehingga selain membangun jalan alternatif, harus juga dibangun kantong-kantong parkir," bebernya. Giri Prasta mewacanakan akan membangun tol laut untuk mengurai kemacetan yang terjadi selama ini di Badung. Proyek ini semacam hadiah terakhir darinya kepada masyarakat Badung sebelum dia lengser dari jabatannya sebagai bupati. "Sebelum Giri Prasta ini berhenti menjadi Bupati Badung, tiyang (saya) akan buat tol laut. Sehingga warga negara internasional, domestik atau mancanegara turun dari bandara akan langsung ke laut," ujar Giri Prasta. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung, Ida Bagus Surya Suamba akan mencari pasir putih kekuning-kuningan untuk menguruk bentangan pantai. Pasir akan diambil atau dibeli di area yang diperbolehkan. Pengerjaan akan dilakukan pada tahun 2025 dengan anggaran Rp 900 miliar. "Total Rp 900 miliar dengan panjang 17 kilometer. Kalau di tahun 2025 dianggarkan secara keseluruhan berarti satu tahun anggaran. Kalau seandainya setiap tahun Rp 300 miliar berarti tiga tahun," paparnya. (gus) Dibuat untuk Wisatawan Sebelum tol laut dibangun, Pemkab Badung akan menata pantai terlebih dahulu. Kepala Dinas PUPR Badung, Ida Bagus Surya Suamba mengakui akan melakukan pengurukan bibir pantai untuk membangun tol ini. "Pengurukan maksimal 50 meter ke arah pantai. Kemudian di atasnya akan dibangun jalur trem listrik selebar delapan meter," jelasnya. Kata dia, tol yang dibangun bukan untuk umum, melainkan untuk trem yang menggunakan bus listrik. Jalan dari Bandara Ngurah Rai sampai ke Cemagi hanya digunakan untuk bus listrik untuk wisatawan. "Ini memang untuk mengurangi kemacetan selama ini. Semua ini sudah dirancang dan akan dibangun tahun 2025," jelasnya. Birokrat asal Tabanan ini menegaskan, penataan pantai tidak merusak alam. Surya Suamba menilai desain penataan akan menambah bagus, terutama kualitas ombak untuk surfing. "Jadi nanti seperti di Pantai Kulkus Australia. Tadinya jelek kemudian ditata ulang, pembangunan dasarnya, akhirnya lebih bagus ombaknya," paparnya. (gus)