Ilustrasi tumpukan sampah di sisi Alun-Alun Selatan Yogya pada Selasa (25/7) siang. Foto: Arif UT/Pandangan JogjaPerhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluhkan permasalahan sampah yang masih terjadi di DIY. Pasalnya, masalah sampah tersebut dinilai sudah mulai berdampak pada sektor pariwisata.Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan bahwa dampak masalah sampah ini terlihat dari lama tinggal atau length of stay wisatawan di DIY yang menurutnya mulai disalip Solo.Dulu, PHRI DIY menurutnya telah melakukan perjanjian kerja sama (MoU) dengan PHRI Solo terkait dengan lama tinggal wisatawan, di mana wisatawan akan tinggal di DIY selama 2 hari dan di Solo selama 1 hari. Namun, dalam sebulan terakhir situasi itu menurutnya justru berbalik.“Mulai Agustus ada tren kebanyakan lebih stay-nya 2 hari di Solo 1 hari di Jogja, kalau dulu tren-nya 1 hari di Solo 2 hari di Jogja,” kata Deddy Pranowo Eryono, Senin (4/9).Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo. Foto: ESP/Pandangan JogjaDeddy juga mengatakan bahwa tingkat pengisian kamar (TPK) atau okupansi hotel selama Agustus juga drop dibandingkan Juni dan Juli. Pada Juni, rata-rata okupansi hotel di DIY menurut dia mencapai 80 persen, dan pada Juli di angka 75 persen.“Agustus rata-rata hanya 60 persen, turun 20 persen,” lanjutnya.Masalah sampah menurut dia memberikan andil besar terhadap penurunan tren wisata di DIY. Sebab, PHRI menurutnya sering banyak pertanyaan dari wisatawan mengapa banyak sampah di pinggir jalan-jalan Yogya.“Di sirip-sirip Malioboro juga banyak sampah. Kalau di Malioboronya sendiri bersih. Padahal Sosrowijayan, Dagen, dan sebagainya itu kan pusat kota,” kata dia.Ilustrasi tumpukan sampah di tepi jalan Kota Yogya. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan JogjaKarena itu, PHRI berharap agar pemerintah betul-betul serius dalam menangani permasalahan sampah di Yogya ini. Sebab, selama ini dia melihat belum ada kejelasan terkait dengan penanganan sampah.Meski September ini rencananya TPA Regional Piyungan akan diaktifkan kembali, tapi ada kabar bahwa Maret 2024 mendatang akan ditutup lagi. Hal ini membuat para pelaku bisnis di sektor pariwisata kebingungan karena tak ada kejelasan kapan masalah ini akan selesai.“Belum terlihat kejelasan penanganan sampah. Kita juga heran semuanya saling lempar baik itu Pemda DIY, pemkab, dan pemkot. Kita sebagai pelaku bisnis pasti akan resah dengan hal ini,” kata Deddy Pranowo Eryono.Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, dalam konferensi pers di Balai Kota Yogyakarta, Senin (28/8). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan JogjaSebaliknya, awal pekan lalu pada 28 Agustus 2023, Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, mengatakan bahwa belum ada dampak langsung yang diakibatkan oleh masalah sampah di Yogya terhadap sektor pariwisata.“Saya melihat dan menanyakan setiap kali ada kegiatan di hotel, saya tanyakan okupansi juga masih sangat bagus. Jadi saya kira ini (sampah) tidak mempengaruhi secara langsung terhadap sektor pariwisata,” kata Pj Wali Kota Yogya, Singgih Raharjo, dalam konferensi pers di Balai Kota Yogyakarta, Senin (28/8).