Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Okupansi Hotel di Jatim Melorot, Orang Menunda Bepergian karena Cuaca?

Bisnis.com, SURABAYA - Dampak fenomena El Nino atau musim kekeringan yang melanda Indonesia, khususnya di Jawa Timur ternyata tidak hanya berdampak pada sektor tanaman pangan tetapi bahkan berimbas pada sektor industri pariwisata dan perhotelan. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, Dwi Cahyono mengatakan, pada periode Agustus hingga September ini, kinerja perhotelan di Jatim kembali menurun yakni dengan rerata okupansi atau tingkat penghunian kamar hanya 30 persen, sedangkan di Surabaya rerata 35 persen. “Pada periode Agustus biasanya memang belum masuk hari libur sehingga merupakan siklus tahunan, ditambah ada faktor kondusifitas tahun politik, hingga bulan pawai kemerdekaan RI. Namun, ternyata ada faktor lain yang di luar dugaan yakni El Nino menyebabkan anjloknya okupansi hotel,” ujarnya, Selasa (12/9/2023). Menurutnya, fenomena EL Nino ini memang menyebabkan cuaca atau suhu udara di luar menjadi sangat panas atau ekstrem sehingga diperkirakan orang memilih menunda untuk bepergian. Bahkan, untuk wisata unggulan seperti Gunung Bromo dan kawasan Gunung Arjuno juga tengah dilanda kebakaran sehingga cukup mempengaruhi kinerja pariwisata dan perhotelan. “Sebagian pelancong diperkirakan menunda pergi berlibur sampai Oktober nanti karena mereka malas ke luar kota karena aktivitas di luar ruangan sulit dilakukan karena panas ekstrem,” ujarnya. Padahal, lanjut Dwi, kinerja perhotelan pada Juni - Juli sudah sangat bagus dan memuaskan sekitar karena banyak faktor pendukung, seperti momen libur sekolah. Baca JugaNgotot Eksekusi Hotel Sultan, Nilai Aset GBK Temahal se-IndonesiaJurus Jokowi Ambil Alih Aset TMII dan Hotel Sultan dari Tangan SwastaDokter Ibnu Sutowo, Kolonel Koboi Spesialis Urusan Kusut dan Arsitek Pertamina hingga Hotel Sultan Dwi memperkirakan, kinerja okupansi hotel di Jatim akan kembali meningkat pada kuartal VI/2023, selama tidak ada situasi politik yang bergejolak. Diperkirakan okupansi akhir tahun bisa mencapai rerata 60 persen. Fungsional Statistik Ahli Madya BPS Jatim, Umar Sjarifudin menjelaskan, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel rerata di Jatim per Juli 2023 tercatat sebesar 58,25 persen atau naik Juni 2023 yakni 57,18 persen. Jika dibandingkan Juli 2022, TPK Juli lalu juga naik 1,63 poin. “Pada Juli lalu, TPK hotel berbintang yang memiliki angka hunian tertinggi yakni sekitar 58,25 persen, sedangkan TPK hotel non Bintang hanya 25,37 persen,” katanya. BPS Jatim juga mencatat, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jatim melalui Bandara Internasional Juanda pada Juli 2023 mencapai 20.303 kunjungan atau naik 12,64 persen dibandingkan Juni 2023. Kunjungan wisman paling banyak berasal dari warga negara Malaysia, Tiongkok, dan Singapura. Secara kumulatif, selama Januari - Juli 2023, jumlah kunjungan wisman ke Jatim mencapai 99.810 kunjungan atau naik sebanyak 82.878 kunjungan dibandingkan periode sama tahun lalu.  Advisor Bank Indonesia - Jatim, Muslimin Anwar mengatakan BI sendiri turut berkontribusi untuk terus menggairahkan sektor pariwisata melalui berbagai kegiatan misalnya pengembangan Kampung Wisata Sejarah Peneleh di tahun ini, Festival Mojopahit, pengembangan wisata susur sungai Kalimas melalui pengembangan SWK River Side Peneleh.  “Beberapa bulan lalu kami juga bekerja sama dengan Pemkot Surabaya untuk mengembangkan event Tunjungan Romansa dengan memfasilitasi 20 gerobak UMKM mitra, hingga Festival Bandeng,” katanya. Selain itu, tambahnya, BI juga sempat menggelar Java Coffee Culture yang merupakan kegiatan memperkenalkan keunggulan kopi dari wilayah Jawa dan sebagai tempat bertemunya pebisnis/investor serta pegiat kopi.  Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News