Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Table Top ke Bali, Industri Pariwisata DIY Kantongi Transaksi Potensial Rp500 Juta hingga Akhir 2024

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) DIY, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY serta industri pelaku pariwisata DIY melakukan promosi pariwisata ke Bali beberapa waktu lalu. Bali sengaja dipilih karena merupakan pintu utama masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia. Harapannya promosi pariwisata yang dilakukan dengan table top tersebut mampu menarik meningkatkan kunjungan wisman ke DIY. Plh Ketua Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) DIY, Edwin Ismedi Himna mengatakan kebanyakan anggota ASITA DIY adalah pemain inbound yang melayani kunjungan wisman. Menurut dia, kunjungan wisman tahun ini masih belum sesuai harapan, sehingga ASITA DIY perlu menggencarkan promosi. “Wisman yang ke Bali itu dari Australia, China, dan India. Market yang perlu di-grab lagi adalah Jepang dan Korea Selatan, mereka masuk 10 besar di Bali. Jepang masuk 10 besar juga di DIY, tetapi sekarang jauh tertinggal. Market lain yang ada di Jogja itu Eropa, tetapi masih didominasi Malaysia karena ada penerbangan langsung,” katanya, Jumat (11/10/2024). Transaksi potensial yang tercipta dari table top tersebut pun cukup menggairahkan. Ia mengungkapkan transaksi potensial hingga akhir tahun 2024 mendekati Rp500 juta. Artinya selama beberapa bulan ke depan kunjungan wisman ke DIY akan meningkat. Sedangkan transaksi potensial pada tahun 2025 mencapai Rp75 miliar.  “Kami lihat optimistis dari teman-teman industri pariwisata, apalagi bertambahnya penerbangan langsung Rusia ke Bali. Rusia memiliki daya beli yang kuat, menginap minimal di hotel bintang 4. Kemudian konsumsi alkohol di hotel sangat tinggi, tentu spend sangat besar,” terangnya. “Daya beli China juga kuat. Ada beberapa level wisatawan (China), tetapi saat ini di Bali middle up (menengah ke atas). Mereka (wisman China) stay di hotel bintang 4,5 dan luxury (mewah) seperti resort,” sambungnya. Menurut dia industri pariwisata di DIY tidak bisa diam saja. Sebab pemasaran, branding, hingga penjualan harus digencarkan lagi. Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono menerangkan PHRI DIY memang harus berkolaborasi dengan asosiasi lain, terutama ASITA DIY. Sebab PHRI DIY tidak bisa berdiri sendiri, apalagi saat ini daya beli wisatawan domestik cenderung turun. “Deflasi yang terjadi lima kali ini sudah kami rasakan. Sehingga segmen wisman ini yang kami harapkan. Supaya okupansi ada terus, stabil,” terangnya. Ia menambahkan atraksi budaya harus terus dipertahankan oleh DIY. Menurut dia, DIY memiliki keunikan yang tidak bisa ditemukan di daerah lain, yaitu Kraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.  “Kalau pantai dan lainnya, di daerah lain mungkin ada. Tetapi yang punya Kraton (Yogyakarta dan Pakualaman) cuma DIY. Ini harus dikemas bersama supaya menjadi daya tarik,” imbuhnya. ( Tribunjogja.com )