Jakarta - Pemerintah menegaskan PT Indobuildco sudah tak memiliki hak kelola atas lahan di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, tempat Hotel Sultan berdiri. Karenanya perusahaan diminta untuk segera mengosongkan hotel yang sekarang jadi milik negara itu.Adapun PT Indobuildco sendiri merupakan perusahaan swasta milik keluarga Ibnu Sutowo yang saat ini dipimpin oleh anaknya, Pontjo Sutowo.Berdasarkan buku "Pontjo Sutowo: Pengusaha yang Terpanggil" yang dikutip situs Universitas Stekom, pria kelahiran 17 Agustus 1950 ini memulai di dunia bisnis dengan membangun perusahaan pembuatan kapal bernama PT Adiguna Shipyard. ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT Diceritakan pada awalnya selepas lulus kuliah Pontjo melanjutkan kuliahnya di Institut Teknologi Bandung mengambil Jurusan Mesin. Setahun di ITB, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah lagi dan memilih untuk bekerja.Dengan modal yang diberikan sang ayah, ia pun kemudian mendirikan perusahaan galangan kapal yang diberi nama PT Adiguna Shipyard pada tahun 1970 dan Pontjo menjadi direktur utama pada saat itu.Dari bisnis di galangan kapal PT Adiguna Shipyard, sekitar tahun 1980 Pontjo kemudian terjun ke usaha perhotelan. Di bidang ini Pontjo memulai kariernya dari Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) yang sudah ada sejak tahun 1976.Karena operasi Hotel Hilton kemudian sedikit ada masalah, pada tahun 1982 Pondjo lalu take over atau mengambil alih seluruh pelaksanaan manajemen hotel tersebut.Di luar itu Pontjo tercatat cukup aktif dalam berbagai organisasi dan juga pernah menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Putra dari Ibnu Sutowo ini juga diketahui menjadi Ketua Umum Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI/Polri (FKPPI) periode 2021-2026.Selain itu, Pontjo juga pernah menjadi anggota Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), World Tourism Organization (WTO), ASEAN Tourism Association (ASEANTA), Pacific Asia Travel Association (PATA), dan Australia Indonesia Development Area (AIDA).Sementara itu berdasarkan Globe Asia pada 2018 lalu yang dikutip dari situs finansialku, dijelaskan Pontjo mendirikan PT Adiguna Shipyard saat ia masih berusia 20 tahun. Mula-mula, ia membuat tongkang kecil, lambat laun berkembang memproduksi kapal ukuran sedang.Sejak 1972 PT Adiguna Shipyard telah menghasilkan 500 kapal dengan bobot mati terbesar 3.500 DWT (Deadweight tonnage). Berkat itu pada 2018 lalu kekayaannya ditaksir mencapai US$ 265 juta atau Rp 4,05 triliun (kurs Rp 15.300/dolar AS). (das/das)