› Nusantara›Tawaran Baru Menikmati Cirebon... Kawasan Rebana di pantura Jawa Barat merekahkan bisnis UMKM hingga wisata di sekitarnya. Kemudahan infrastruktur dan transportasi ikut menopangnya. Oleh ABDULLAH FIKRI ASHRI · 5 menit baca KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRISejumlah delegasi dari China bersama pejabat Pemerintah Kota Cirebon mengunjungi Mall UKM (Usaha Kecil Menengah) di Kantor Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (10/8/20230. Mall UKM menjadi wadah promosi bagi pelaku usaha mikro kecil menengah di Cirebon dan sekitarnya. Aneka produk pun terpajang di sana, mulai dari kuliner hingga batik khas Cirebon.Pembangunan kawasan Rebana dan kehadiran infrastruktur di Jawa Barat bagian timur ikut membuka banyak pilihan baru menuju Kota Cirebon. Ibaratnya, kini semakin banyak jalan menuju Cirebon, dari via tol hingga bandara. Geliat usaha, mikro, kecil, menengah serta pariwisata pun kian merekah.Mall UKM atau Melayani Anda Lewat Usaha Kecil Menengah di Kantor Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon, Kamis (10/8/2023) siang, kedatangan tamu istimewa. Belasan pengunjung berasal dari sejumlah daerah di China menempuh jarak ribuan kilometer untuk tiba di Kota Udang. Dipimpin Ketua Umum Diaspora Network China Prof Yenni Thamrin, mereka langsung berbelanja di mal itu. Salah satu produk yang diminati adalah Batik Kriyan.KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRISejumlah petugas dan perajin memeragakan cara membatik di Mall UKM (Usaha Kecil Menengah) di Kantor Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (10/8/20230. Hati Euis Komariah (52), perajin yang sedang membatik motif bunga melati, pun berbunga-bunga. Meski tidak paham bahasa yang diucapkan calon konsumennya, ia mengerti bahwa tiga produknya laku terjual.Euis langsung berucap syukur. Ia buru-buru menelepon rekannya untuk mengabarkan, baju batik seharga Rp 850.000 per buah itu sudah terjual. Batik yang dibuat oleh sejumlah ibu rumah tangga, seperti Euis di RW 017 Kriyan, Kelurahan Pegambiran, itu bakal terbang ke China.Tidak hanya perajinnya, bahan-bahannya pun berasal dari lingkungan sekitar. Pewarna batik, misalnya, berasal dari tanaman indigo, kayu tegeran, kulit kayu tingi, ketapang, hingga aneka kulit buah. Euis berupaya tidak menggunakan pewarna sintetis yang juga banyak diimpor dari China.“Kenapa kami pakai warna alam? Selain lebih ramah lingkungan, juga pasarnya (pelanggan) lebih suka ke alam. Pembeli dari luar negeri itu enggak mau pakai plastik,” ujarnya sambil menunjukkan pembungkus batik berbahan kardus.Baca juga : Rumah Sejarah bagi Sekelebat Batik Cirebon KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRISejumlah petugas dan perajin memeragakan cara membatik di Mall UKM (Usaha Kecil Menengah) di Kantor Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (10/8/20230. Bahan alamEuis juga membuat ecoprint, yakni teknik mewarnai kain dan membentuk motif menggunakan dedaunan, bunga, atau ranting. Euis sadar, produk berbahan alam butuh waktu.“Kalau pewarna sintetis, dua kali celup (canting) sudah jadi. Kalau pewarna alam, bisa 20 kali,” ucapnya.Ia mampu membuat lima produk ecoprint setiap pekan dan lima batik pewarna alam setiap bulan. Namun, ibu enam anak ini masih mengandalkan pameran untuk menggaet pembeli serta ekspor ke luar negeri.“Dengan jalan tol dan bandara, saya yakin banyak yang ke sini,” ucapnya.Harapan itu bukan isapan jempol. Saat ini, sudah ada Jalan Tol Cikopo-Palimanan yang memangkas waktu tempuh dari Jakarta ke Cirebon dari sebelumnya 5 jam lebih menjadi 3 jam. Jalan Tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan (Cisumdawu) pun memudahkan warga Bandung.Tol yang diresmikan Presiden Joko Widodo bulan Juli lalu itu memotong waktu tempuh dari Bandung ke Cirebon yang sebelumnya 3 jam menjadi hingga 1,5 jam. Cirebon juga hanya 45 menit dari Bandara Internasional Jabar Kertajati di Kabupaten Majalengka via jalan tol.Kehadiran infrastruktur itu adalah wujud pembangunan kawasan Rebana, akronim dari wilayah Cirebon, Pelabuhan Patimban di Subang, dan Bandara Kertajati. Rebana merupakan kawasan industri yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang, dan Subang.Baca juga : Potret Pesan-Tren Damai di Wihara Dewi Welas Asih Cirebon MAWAR KUSUMA WULAN/KOMPASPresiden Joko Widodo berfoto dengan murid sekolah seusai meresmikan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di depan terowongan twin tunnel, Tol Cisumdawu KM 169, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Selasa (11/7/2023). “Di Rebana, posisi Cirebon paling strategis. Di sekitarnya, ada rel ganda kereta api, jalan tol, pelabuhan, dan bandara. Di sini juga ada 32 perbankan,” ucap Kepala DKUKMPP Kota Cirebon Iing Daiman. Hotel, mall, hingga restoran pun bertebaran di kota seluas 39 kilometer persegi itu.Tidak ingin tinggal diam, akhir tahun lalu, pihaknya meluncurkan Mall UKM yang menampung 207 produk dari Cirebon dan sekitarnya. Delegasi Kamboja, Thailand, Jerman, sejumlah duta besar dari kawasan Timur Tengah, hingga China sudah mampir.“Rombongan yang datang juga kaget. Katanya, batik di Cirebon beda dengan yang lainnya karena motifnya (Megamendung) ada hubungannya dengan China. Motif itu artinya keberuntungan,” ujar Yenni Thamrin.Yenni pun berkomitmen turut mempromosikan produk UMKM Kota Cirebon di China. Apalagi, sudah ada jalan tol dan bandara di sekitar Cirebon. “Ini sangat memudahkan investor masuk ke sini,” ucapnya.Kota ini sudah sangat beruntung karena infrastruktur mendukung. Tapi, kita tidak boleh diam saja. Harus berinovasiEfek CisumdawuABDULLAH FIKRI ASHRIWisatawan mengelilingi Goa Sunyaragi di Kota Cirebon, Jawa Barat, Minggu (24/10/2021) sore. Aneka infrastruktur di Rebana juga mengungkit pariwisata Cirebon. “Setelah Tol Cisumdawu beroperasi, pengunjung ke Goa Sunyaragi dari Bandung meningkat,” ucap Kepala Bagian Humas dan Pemasaran Badan Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi Eko Ardi Nugraha.Setiap hari, ada satu sampai tiga rombongan wisatawan asal Bandung ke gua berusia ratusan abad itu. Satu rombongan terdiri dari lima hingga belasan orang. Sebelumnya, masih hitungan jari.“Sekarang, pasar (pelanggan) utama tidak hanya Jakarta, tapi juga dari Bandung,” ujarnya.Eko pun optimistis, kehadiran Tol Cisumdawu dan pengoperasian penuh Bandara Kertajati pada Oktober nanti bakal meningkatkan kunjungan ke Goa Sunyaragi minimal 10 persen. Saat ini, setiap hari tercatat sedikitnya 100 wisatawan dan 300 orang pada akhir pekan ke destinasi itu.Adapun kunjungan wisatawan ke kota berpenduduk 340.000 jiwa itu tahun lalu mencapai 3,9 juta orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2021, yakni 3,6 juta jiwa. Mereka datang untuk wisata religi dan sejarah ke keraton atau Goa Sunyaragi, serta wisata kuliner.KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRIKaryawan menyajikan empal gentong di Rumah Makan Empal Gentong Mang Darma di Jalan Diponegoro, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (26/4/2022). Empal gentong merupakan kuliner khas Cirebon serupa gulai yang berisi potongan daging sapi direndam dalam kuah santan bercampur bumbu kuning. Masakan ini juga dilengkapi kucai, bawang merah, dan bubuk cabai merah.Wisatawan kerap menikmati kuliner seperti nasi jamblang, empal gentong, tahu gejrot, dan lainnya. Makanan khas itu tersebar di Jalan Cipto Mangunkusumo, Jalan Tentara Pelajar, serta Pekalipan. Sayangnya, wisatawan belum tinggal lama di Cirebon.Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon Imam Reza Hakiki mengatakan, rata-rata lama menginap tamu di Cirebon masih satu malam. “Bahkan, biasanya pengunjung datang pagi, jalan-jalan ke keraton, makan siang, terus sorenya pulang,” ucapnya.Akan tetapi, kehadiran Tol Cisumdawu, lanjutnya, juga melahirkan kekhawatiran. Sebab, pengunjung dari sejumlah daerah di Jawa Tengah, seperti Tegal, Brebes, dan Pemalang, yang selama ini berbelanja ke Cirebon justru bablas ke Bandung. Toh, hanya butuh 1,5 jam ke sana.Itu sebabnya, Kiki, sapaannya, mendorong pemkot membuat festival atau atraksi wisata untuk menahan wisatawan di Cirebon. “Kota ini sudah sangat beruntung karena infrastruktur mendukung. Tapi, kita tidak boleh diam saja. Harus berinovasi,” ucapnya.Cirebon pernah menjadi tujuan berbagai daerah bahkan negara pada abad ke-15. Pelabuhannya menjadi tempat bersandar kapal dari China hingga Eropa. Kini, beragam infrastruktur di Rebana berpeluang menjadikan Cirebon sebagai kota tujuan utama.Baca juga : Garuda Indonesia Buka Penerbangan Umrah Reguler, Bandara Kertajati Kian Bergeliat Editor:CORNELIUS HELMY HERLAMBANG