TRIBUN-BALI.COM – Wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) menyumbang 65,96 persen dari total ekonomi Bali. Di sisi lain, wilayah non-Sarbagita hanya menyumbang 31,01 persen. Hal ini diungkapkan, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati pada acara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Temu Wirasa Stakeholders 2024 pada Kamis (13/11). “Angka ini mencerminkan ketidakmerataan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Bali. Saat ini, Bali telah mengalami transformasi besar melalui pertumbuhan pariwisata yang pesat karena masyarakat Bali menjunjung tinggi nilai budaya, menjadikan pariwisata budaya sebagai daya tarik utama Bali,” jelas Cok Ace. Lebih lanjutnya ia mengatakan akselerasi pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat tercapai dengan strategi pembangunan tepat sasaran sesuai keunggulan suatu wilayah. Baca juga: Pastika: Bandara Bali Utara Mimpi Saya Sejak Dulu, PT Bibu Bertemu Tokoh Puri Sejebag Bali Baca juga: Arti Mimpi Wanita, Mimpi Wanita Hamil, Pertanda Orang Terdekatmu Akan Sukses Berkaitan dengan strategi untuk meningkatkan pemerataan ekonomi di Bali, Cok Ace juga mengatakan semua pihak harus memahami karakteristik peta pengembangan Bali secara utuh dan keberhasilan pengembangan sektor tertentu di suatu wilayah tidak berarti harus direplikasi di wilayah lainnya. Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menekankan, bahwa meskipun ekonomi Bali telah pulih pasca-pandemi, disparitas antara Bali Selatan (Sarbagita) dan wilayah non-Sarbagita masih cukup tinggi. “Untuk mengatasi masalah ini terdapat tiga sinergitas penting yang perlu dijalankan, yaitu pengendalian inflasi dan swasembada pangan, mendorong digitalisasi, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ucap Erwin. Sejalan dengan itu, Penjabat (Pj.) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi Provinsi Bali dalam pemerataan pembangunan, seperti penataan sektor penunjang pariwisata dan daya dukung lingkungan. Mahendra menekankan pentingnya infrastruktur strategis, termasuk peningkatan jaringan jalan Bali Utara-Selatan dan dukungan permodalan untuk UMKM guna meningkatkan pemerataan ekonomi dan daya saing di seluruh wilayah Bali. “Langkah strategis tersebut dapat meningkatkan daya saing kawasan,” kata Mahendra. (sar) Pemberdayaan UMKM Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno pada acara tersebut juga menekankan pemberdayaan UMKM dan komunitas lokal merupakan kunci untuk memperkuat kesetaraan ekonomi di Bali. Kesetaraan ekonomi tidak hanya bergantung pada satu sektor, tetapi juga membutuhkan inklusi ekonomi yang lebih luas. “Mendorong partisipasi perempuan dan generasi muda, serta meningkatkan infrastruktur sosial melalui akses pendidikan, menjadi langkah penting dalam mencapai kesetaraan ekonomi,” ujar Sandiaga. Lebih lanjut, Sandiaga mengatakan bahwa Bali belum mengalami overtourism karena potensi wisata di Bali Barat dan Timur masih cukup besar. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata berbasis digital dianggap sebagai salah satu kunci untuk mempercepat pemerataan pariwisata di seluruh Provinsi Bali. (sar)