TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI memproyeksikan okupansi hotel pada saat natal dan tahun baru (Nataru) 2024 akan turun hingga 10 persen dibanding periode serupa tahun lalu. Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan hal ini, salah satunya, disebabkan oleh maraknya praktik judi online (judol) beberapa waktu ke belakang.“Jadi kalau kita bicara okupansi, mungkin akan antara 10 persen di bawah tahun lalu. Kemungkinannya seperti itu kalau melihat situasi yang seperti ini,” kata Hariyadi dalam acara jumpa pers pada Selasa, 19 November 2024.Hariyadi menilai, masalah utama dari penurunan jumlah tersebut seiring dengan turunnya daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, ia juga menduga turunnya okupansi hotel berhubungan dengan maraknya kegiatan judi online (judol) di golongan masyarakat tersebut."Turunnya daya beli memberikan efek cukup besar, tetapi salah satu analisa kami itu memang terkait dengan judol itu. Impact judi online itu memang sangat signifikan. Jadi berpengaruh secara luas (terhadap) mata rantai,” ucap Hariyadi.Sebelumnya, ia menerangkan ada cakupan mata rantai yang luas dan saling mengikat di dalam sektor perhotelan. Keterkaitan itu meliputi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai pemasok bahan-bahan makanan hingga kelengkapan sanitasi hotel yang notabenenya berasal dari kelas menengah ke bawah.“Yang terkenal di masyarakat menengah-bawah itu judol. Nah karena itu juga, kami juga berharap pemerintah betul-betul serius ya untuk memberantas judol. Karena sampai hari ini kan masih, ya, walaupun mungkin pemerintah sudah mengumumkan upaya-upaya serius,” tutur Hariyadi.Meski begitu, kata Hariyadi, PHRI terus berupaya mengantisipasi dalam menyikapi penurunan jumlah okupansi hotel pada musim Nataru, yakni dengan membuat paket-paket dengan layanan yang lebih kompetitif dari segi harga, atraksi yang dihadirkan, serta keuntungan yang ditawarkan.