Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Pakar: Ekowisata Bisa Diciptakan di Tengah Kota

Kegiatan kuliah perdana mahasiswa Magister Stipram Jogja, Jumat (15/9/2023). - Istimewa. Harianjogja.com, JOGJA—Ekowisata atau pariwisata berbasis lingkungan selama ini sering berada di daerah terpencil seperti perdesaan. Akan tetapi konsep pariwisata model ini sebenarnya bisa dikembangkan di tengah kota.Pakar Pariwisata Stipram Jogja Amiluhur Soeroso menjelaskan konsep ekowisata di tengah kota saat ini sudah dikembangkan beberapa negara seperti Mesir, London, Maroko dan lainnya. Oleh karena itu mengunjungi ekowisata tidak harus pergi di daerah remote area atau kawasan terpencil dan jauh dari permukiman yang selama ini dikembangkan. “Selama ini  ekowisata kan harus jauh, daerah terpencil, bukan. Tetapi ekowisata itu bisa dikembangkan di semua area dengan berbagai hal perlu dipikirkan dengan benar,” katanya di sela-sela perkuliahan perdana mahasiswa S2 Pariwisata Stipram, Jumat (15/9/2023).BACA JUGA : Pariwisata Harus Dongkrak Kesejahteraan MasyarakatIa mencontohkan konsep ekowisata di tengah kota bisa memanfaatkan sejumlah gedung tinggi dengan memanfaatkan bagian rooftop untuk dibangun pertanian. Konsep ekowisata ini tergolong jarang dipikirkan akan tetapi memberikan kesan menarik bagi wisatawan.“Berbagai cara misalkan urban farming pakai vertikal, beternak lebah di rooftop pertokoan gedung, bertani di atas gedung itu semuanya bisa jadi area pariwisata itu yang tidak pernah dipikirkan,” ujar pria yang menjabat Ketua Prodi S2 Kepariwisataan.Amiluhur menilai selama pengembangan wisata lebih bersifat praktis dan jangka pendek, padahal investasi harus dalam jangka panjang. Mengingat dalam mengubah lingkungan pariwisata tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat. Ini erat kaitannya dengan keberadaan ratusan pantai di Gunungkidul yang belum banyak tersentuh.“Apakah mass tourism apakah yang berkelanjutan, ini pilihan yang sulit, kalau maunya mass tourism terus, ternyata lahannya kecil, sempit. Padahal pantainya indah ini perlu treatment yang berbeda di setiap destinasi, bukan berarti mass tourism itu jelek,” katanya.BACA JUGA : Low Session, PHRI Siapkan Strategi IniKetua Stipram Jogja Suhendroyono mengatakan beragam jenis konsep pariwisata baik ekowsata hingga sustainable tourism dengan segala pernak perniknya dipastikan masuk dalam mata kuliah mahasiswa Magister di Stipram. Logika keilmuan diberikan kepada mahasiswa agar pariwisata Indonesia berkembang secara dominan. Jangan sampai pariwisata berkembang semaunya sendiri yang terkesan tanpa ada pertimbangan riset.“Sehingga kemudian muncul kegiatan desa wisata, heritage, sehingga ada destinasi, transportasi dan terakhir muncul digital tourism. Ini karena pariwisata dikembangkan secara keilmuan. Kalau di Stipram unsur keilmuan tadi, kami kembangkan potensi wisata nasional yang sejalan dengan pariwisata dunia,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News