Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

PHRI DIY Optimis Okupansi Tembus 90 Persen Saat Libur Isra Miraj dan Imlek

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menargetkan rata-rata okupansi hotel di DIY selama libur panjang akhir pekan Isra Miraj dan Imlek mencapai 90 persen. Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan pihaknya optimis target tersebut bisa tercapai. Melihat data reservasi yang ada, angka reservasi mulai 25-31 Januari 2025 telah mencapai 70 persen. “Kalau kemarin reservasi baru 55-60 persen, pagi ini se-DIY rata-rata 70 persen untuk periode 25-31 Januari 2025. Jadi reservasi itu sudah mulai masuk sejak 25 Januari 2025,” katanya, Selasa (21/01/2025). Berdasarkan data reservasi, wisatawan yang menginap di DIY didominasi dari DKI Jakarta, kemudian disusul Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian dari luar Jawa. Sementara lama tinggal wisatawan hanya sekitar 1,8 hingga 2 saja.  “Ini tadi ada yang mau reservasi tanggal 25-27, dua bus, kemudian kami alihkan ke Kulon Progo atau Gunungkidul, karena Sleman dan Kota Yogyakarta sudah full. Ini contoh supaya ada penyebaran,” sambungnya. Baca juga: PHRI DIY Targetkan Okupansi Tahun 2025 Sebesar 80-90 Persen Pembukaan jalur fungsional tol Jogja-Solo juga diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi kunjungan wisatawan ke DIY. Hal itu karena kemudahan akses jalur darat menuju DIY. Namun di sisi lain, ada dampak negatif yang perlu diwaspadai. Kemudahan akses yang ada justru akan membuat wisatawan sekadar mampir ke DIY, dan menginap di kota lain. “Positifnya lebih cepat aksesnya ke Jogja dan ada yang stay. Negatifnya jadi one day tour, atau ke destinasi lain ke kota lain untuk menginap. Sementara kita (DIY) hanya dilalui,” terangnya. Menurut dia, ada dua kemungkinan wisatawan memilih satu hari berwisata ke DIY tanpa menginap. Pertama karena event yang ada di DIY kurang, kedua karena akomodasi di DIY sudah tidak mencukupi. “Ada villa, homestay (non anggota PHRI DIY) itu sebenarnya bisa menampung. Tetapi yang perlu diperhatikan dia bayar pajak tidak? Pajak itu kan PAD (Pendapatan Asli Daerah), kalau PAD tinggi, tentu bisa digunakan untuk mengembangkan infrastruktur, pariwisata dan lain-lain,” ujarnya. “Tetapi kalau kemudian ada permasalahan, hospitality-nya, masalah keamanan misalnya, nanti yang terkena imbasnya teman-teman PHRI dan destinasi,” imbuhnya. (maw)