TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025. Salah satu poin yang jadi sorotan adalah pemangkasan anggaran perjalanan dinas 50 persen. Kebijakan ini membuat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan khawatir. Dalam Podcast Ngobrol Virtual Tribun Timur edisi Senin (27/1/2025) hadir Ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga yang memaparkan seperti apa dampak kebijakan ini terhadap industri perhotelan. Dipandu Host I Luh Devi Sania, berikut petikan wawancaranya: Dampak long weekend? Secara bisnis perhotelan, tingkat hunian anjlok. Dibanding daerah lain, seperti Bali, Yogyakarta, Solo, libur panjang jadi mimpi buruk bagi industri perhotelan di Makassar. Pasar korporat dan meeting nyaris tidak ada aktivitas. Makassar tingkat huninya 55-60 persen segmentasinya dari kegiatan meeting dan korporasi.Pernah Kemenpar bolak-balik ke saya menanyakan dampak hari terjepit dijadikan libur bersama. Justru saya bilang kalau itu jangan dibuat. Khusus makassar memperpanjang masa libur adalah memperpanjang masa sulit hotel. Daerah ramai saat libur? Ada beberapa daerah di Sulsel yang menikmati pergerakan seperti Bira Bulukumba, Malino Gowa, dan Toraja. Tiga daerah ini saja yang lega sedikit tetapi tidak begitu signifikan karena cenderung orang memilih daerah lain seperti Bali jadi destinasi liburan. Daerah itu sangat kuat magnetnya dibanding potensi yang kita punya. Inilah yang selalu jadi persoalan dan sudah saatnya Sulsel fokus pada diversifikasi wisata agar kita tidak hidup dari sisi segmentasi yang sangat mayor seperti bisnis meeting dan kunjungan kerja. Prospek di 2025? Menggenjot arus kunjungan adalah kebijakan kolektif. Banyak stakeholder terlibat. Kita harap semakin ada kesatuan hati antara pemangku kepentingan seperti PHRI, Asita, Dinas Pariwisata, dan lainnya. Sebenarnya yang paling kita harap, kata kunci untuk menggerakkan kepariwisataan Sulsel dalah perbanyak event. Kami bersyukur Dispar Makassar konsisten memiliki kalender event yang sudah dirancang bahkan lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Kita berharap kabupaten/kota lainnya juga memiliki item acara untuk bisa mendorong orang untuk datang. Jangan bikin acara yang sifatnya sebatas seremonial tapi harus mengundang kunjungan banyak orang, mendorong orang untuk bisa stay. Seperti yang PHRI lakukan ma'seli, naik sepeda lipat menyusuri spot-spot wisata di Makassar dan Maros. Dari 290 perserta, 70 persen peserta dari luar seperti Papua, Bogor, Kendari, Merauke, Bali telah memberikan dampak bagi hotel. Apa yang perlu dibenahi? Kita bersyukur seperti dilakukan Wali Kota Makassar Danny Pomanto dengan menghadirkan kapal phinisi. Tetapi kita berharap ada hal lain yang coba dikembangkan seperti rest room dibenahi agar orang-orang berkunjung ke Losari bisa mendapatkan fasilitas yang layak.Namun di Makassar perlu mendorong wisata buatan lain. Kita butuh usaha ekstra. Selain itu tiket penerbangan yang masih mahal. Soal penghematan anggaran?