Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul mencatat 2.200 wisatawan yang berkunjung saat digelarnya tradisi padusan pada Jumat (28/2/2025) di sejumlah Pantai Selatan Bantul. Jumlah itu dinilai menurun apabila dibandingkan tahun sebelumnya, di mana wisatawan yang datang pada tradisi padusan mencapai 3.000-an orang. BACA JUGA: Pantai di Bantul Bakal Diserbu Wisatawan Saat Padusan Besok, Rekayasa Lalin Disiapkan “Sekitar 2.200an. Kami tidak tahu apa penyebab terjadi penurunannya,” kata Subkoordinator Kelompok Subtansi Promosi Kepariwisataan Dinas Pariwisata Bantul Markus Purnomo Adi, Sabtu (1/3/2025). Hal sama juga diungkapkan oleh Koordinator TPR Induk Parangtritis, Rohmad Riwanto. Rohmad mencatat sampai Jumat (28/2/2025) pukul 16.00 WIB pihaknya mencatat baru ada sekitar 1.000an wisatawan masuk ke Pantai Parangtritis. “Biasanya memang semakin sore semakin meningkat. Tapi paling total sekitar 2.000an yang datang untuk padusan. Kami tidak tahu, kenapa tahun ini lebih sepi daripada tahun sebelumnya,” ungkap Rohmad. Diakui Rohmad, penurunan jumlah wisatawan yang melakukan padusan tahun ini tidak lepas karena semakin banyak tempat alternatif pilihan untuk tradisi padusan yang ada di Kabupaten Bantul. “Karena kan ada objek wisata yang dikelola masyarakat maupun swasta yang juga memberikan paket untuk padusan,” jelasnya. BACA JUGA: Polres Bantul Siagakan Ratusan Personel Kawal Tradisi Padusan Hari Ini Lebih lanjut Ipung-panggilan akrab, Markus Purnomo Adi, memperkiran ada penurunan jumlah wisatawan ke sejumlah objek wisata di Bantul sampai 80 persen selama Ramadan. Sebab, masyarakat memilih fokus menjalankan ibadah puasa. “Peningkatan orang berwisata akan mulai terlihat di pekan ketiga dan keempat, itu pun banyak diisi acara buka bersama,” imbuh Ipung. Sementara penurunan pengunjung dan hunian hotel selama bulan Ramadan juga telah diantisipasi oleh sejumlah anggota PHRI Bantul. Ketua PHRI Bantul Yohanes Hendra Dwi Utomo mengatakan sejumlah langkah dilakukan oleh anggotanya untuk mengatasi penurunan hunian kamar dan low session saat bulan Puasa. Untuk menyiasati sepinya tingkat pemesanan hotel di masa low season, Hendra mengaku anggotanya sudah mulai mempersiapkan diri dengan mengoptimalkan sektor makanan dan minuman (FnB) agar bisa tetap meraup pendapatan. “Ini dilakukan agar mereka tetap bisa bertahan,” kata Hendra. Cek Berita dan Artikel yang lain di Berita Google