Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

MICE Sepi, Beberapa Hotel di DI Yogyakarta Terpaksa Kurangi Jam Kerja Karyawan

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beberapa hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai melakukan efisiensi sebagai dampak ikutan akibat adanya pemangkasan anggaran perjalanan dinas pemerintah. Salah satu efisiensi yang dilakukan adalah mengurangi jam kerja karyawan. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI DIY), Deddy Pranowo Eryono  menerangkan kondisi perhotelan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ada 3 hingga 5 hotel yang telah melakukan efisiensi di sektor SDM. “Ada beberapa hotel yang mengurangi jam kerja karyawannya, terutama yang meng-handle MICE. Ada sekitar 3-5 hotel (yang melakukan efisiensi SDM),” katanya, Kamis (06/03/2025). Sebagai pangsa MICE, hotel di DIY memang mengandalkan kegiatan pemerintah. Ia menyebut MICE di DIY biasanya mulai tinggi pada bulan Februari. Namun pada Februari 2025 lalu, MICE di DIY bahkan tidak sampai 10 persen. Selain MICE yang lesu, okupansi hotel juga anjlok saat bulan ramadan. Reservasi rata-rata 5 hingga 25 persen selama ramadan. “Reservasi itu hanya hari Jumat dan Sabtu saja, Minggu udah turun lagi,” ujarnya. General Manager salah satu hotel bintang 4 di DIY mengungkapkan pendapatan di hotelnya sudah turun sejak November 2024. Pascapenerbitan Inpres Nomor 1 Tahun 2025, nilai pembatalan MICE di hotelnya bisa mencapai Rp 1 miliar. “Segmentasi market pemerintah dan corporate itu turun lumayan banyak November dan Desember 2024. Desember 2024 itu kami ketolong liburan sekolah dan akhir tahun, lebih ke family. Januari- Februari turun, dibandingkan 2024 turun sekitar 30 persen. Maret 2025 kalau diprediksi pendapatan bisa minus 75-80 persen,” ungkapnya. Pendapatan hotel yang terus menurun ini membuatnya terpaksa melakukan efisiensi di sektor SDM. Menurut di, SDM merupakan operasional yang paling besar. Pihaknya mengurangi jam kerja karyawan, dampaknya pendapatan karyawan juga akan berkurang. Ia menyebut pendapatan karyawan bisa berkurang 40 hingga 50 persen. “Kalau PHK juga kasihan teman-teman jadi korban. Sehingga kami perlu melakukan penyesuaian. Kalau nggak kami sesuaikan, nggak bisa operasional. Pendapatan turun, pengeluarannya lebih besar,” lanjutnya. “Kalau Maret 2025 ini nggak cuma MICEnya yang turun, kamar juga turun. Ya memang kalau ramadan akan turun, karena fokus ibadah. Tetapi tahun ini turunnya nggak tanggung-tanggung. Kami masih terbantu jualan bukber (buka bersama),” imbuhnya. Ditambahkannya, jika kebijakan efisiensi ini berlangsung selama satu semester, ia tidak yakin hotelnya bisa bertahan. “Maret ini puncaknya (lesunya perhotelan). Kalau dropnya sampai 80 persen, otomatis hanya bulan ini saja (hotel bisa bertahan). Buat nombokin ke depan berat sekali,” pungkasnya. (maw)