DENPASAR, POS BALI - Pada dua bulan awal 2025, tercatat 17 ribu wisatawan asing (wisman) masuk ke Bali setiap harinya melalui bandara Ngurah Rai Bali. Namun, para wisman hilang bak ditelan bumi. Karena jumlah tersebut tak sebanding dengan tingkat hunian kamar (occupancy). Imbasnya pada pajak wisatawan. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menegaskan terkait kondisi pariwisata Bali saat ini. Ia menilai, kemungkinan Bali akan kehilangan pajak wisatawan. Baca Juga: Sah-sah Saja Wisman Menginap di Homestay, Bodong? Kasatpol PP Bali: Segera Laporkan! Suryawijaya mensinyalir, sejumlah hunian (villa, hotel, resort) dikelola orang asing secara individual. Mereka langsung memasarkan sendiri kepada tamu dari negara asal. "Karena sebagian juga dikelola orang-orang asing secara individual dan dipasarkan langsung. Misalnya, ada beberapa orang lokal dari daerah saya menyewakan villa 3 bedroom. Dijual Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per bulan ke tamu asing. Tamu asing jual lagi ke tamunya dengan harga Rp 3 juta per malam. Bayangkan seandainya satu bulan itu diisi 20 hari saja sudah bisa mengantongi Rp 60 juta per bulan," jelasnya. Terkait kondisi pariwisata saat ini, menurut dia dipengaruhi beragam faktor yang kompleks. Menurut dia masih dalam taraf normal karena sehari dikunjungi 16 hingga 17 ribu wisman. Baca Juga: Gerai Pertama di Pulau Dewata, Wingstop Hadir di Mall Terbesar di Bali "Sekarang kan bulan Maret, memang mengalami penurunan.Dan setelah itu golden week (liburan sekolah) akan meningkat lagi karena kedatangan cukup banyak," kata Rai Suryawijaya, Rabu (19/03/2025). Ketika ditanya mengapa hotel running pada 60% sampai 65% dan ada juga beberapa hotel di bawah itu. Kemanakah tamu-tamu ini meski sehari 17 ribu turis ke Bali? "Jadi saya pantau dan kondisi di lapangan, tamu yang datang pada saat ini adalah tamu yang middle low. Banyak yang stay (tinggal) di private vila, condotel, apartemen bahkan banyak di guest house dan homestay. Tidak ke hotel hotel bintang 4 atau 5 karena mereka ingin cost dengan biaya yang serendah rendahnya. Nah itu yang terjadi sekarang," sorot Rai Suryawijaya. Baca Juga: Gagal Kelolah Sampah di TPST Mengwitani, Pemda Badung Putus Kontrak dengan PT Remaja Potensi Kehilangan Pajak Ia juga menjelaskan Provinsi Bali berpotensi kehilangan pajak wisatawan jika melihat fenomena saat ini. Apalagi, tamu yang menyewa akomodasi di Bali, kemudian menyewakan lagi ke tamu lain dari negaranya.