Telah dibaca: 177 BISNISBALI.com – Sepinya industri pariwisata banyak diperbincangkan belakangan ini. Bahkan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mencatat ada penurunan tingkat hunian (okupansi) 5 hingga 7 persen per bulan sejak Januari lalu. Menurut Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati di Denpasar, Kamis (20/3), jika dilihat dari pergerakan okupansi Januari ke Februari dan Februari ke Maret turun rata-rata 5 hingga 7 persen per bulannya. Secara general dia menyebutkan penurunan okupansi mencapai 10 persen dan bahkan ada beberapa hotel yang mengalami penurunan hingga 20 persen. Menurut Cok Ace panggilan akrabnya, kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Termasuk Hari Raya Imlek yang jatuh pada Januari. Kondisi tersebut membuat okupansi sempat menguat. Sementara Februari yang merupakan bulan pendek dan tidak ada hari raya, membuat okupansi menurun. Penurunan okupansi berlanjut di Bulan Maret ini juga karena belum ada momen yang mendongkrak okupansi. “Kita berharap Libur Lebaran nanti bisa ada peningkatan,” katanya. Meski libur lebaran ada harapan untuk peningkatan okupansi, Cok Ace juga mengaku masih was-was di tengah perlemahan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Termasuk dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang akan berpengaruh pada perekonomian nasional. Dengan itu peningkatan kunjungan wisatawan domestik pada libur lebaran juga masih tanda tanya. Di sisi lain, dengan diberlakukannya efesiensi yang menekan penyelenggaraan Meeting, Incetives, Convention and Exhibitions (MICE) juga akan berdampak pada hotel yang fokus menggarap pasar tersebut. Penyelenggaraan MICE ini kata dia memang lebih banyak menggunakan tenaga daily worker (DW) sehingga tidak berpengaruh siginifikan terhadap tenaga tetap atau PHK. Namun disisi lain, akan tidak ada penghasilan bagi pekerja DW yang tentu membuat menurunnya daya beli. *wid