Pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul, DIY, jadi destinasi wisata pilihan libur akhir tahun. Foto: ShutterstockPerhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menilai tahun 2025 ini kondisi hotel di Yogyakarta masih terpuruk. Penyebabnya, di antaranya pelarangan sekolah study tour, efisiensi anggaran, hingga lesunya ekonomi secara global.Saat ini sejumlah pekerja hotel telah mengalami pengurangan jam kerja."Pengurangan jam kerja itu jadi tidak setiap hari dia masuk, melihat kebutuhan dari hotel maupun restoran yang ada," kata Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, melalui sambungan telepon, Senin (24/3).Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, Selasa (12/9/2022). Foto: Arfiansyah Panji/kumparanDeddy menjelaskan, "Dua minggu yang lalu kan 12 hotel (memberlakukan pengurangan jam kerja). Ini sudah meningkat lagi. Laporan yang kami terima sudah sekitar 45 hotel dan restoran yang ada di DIY," kata Deddy.Libur Lebaran Belum Tentu MengubahPengunjung memadati kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (11/3/2021). Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTOMenurut Deddy, di libur Lebaran ini pun belum ada tanda-tanda peningkatan okupansi."Harapan kami, okupansi di Lebaran ini bisa terdongkrak, tapi menurut ramalan kan suram. Ya, masih mendung. Hilalnya, untuk Lebaran, okupansi meningkat itu belum kelihatan," katanya.Okupansi Baru 20 PersenBukit Panguk Kediwung di Bantul, Yogyakarta. Foto: ShutterstockDeddy mengatakan data yang dia peroleh, tingkat okupansi hotel di Yogya pada periode 28 Maret-1 April baru 20 persen, dan tanggal 1 April-6 April baru 40 persen."Tahun lalu, 2024, H-5, H-7 itu sudah 40-70 persen," katanya.Meski begitu, Deddy menyatakan hotel-hotel di Yogya siap menerima kunjungan wisatawan ataupun pemudik.