MerahPutih.com - Momen mudik Lebaran 2025 rupanya tak berimbas positif ke industri perhotelan. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani mengatakan, tingkat okupasi atau keterisian kamar hotel di berbagai daerah selama libur Lebaran 2025 turun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini berdasarkan laporan yang dia dapat dari beberapa daerah tujuan liburan seperti Solo, Yogyakarta dan Bali. “Turun rata-rata sekitar 20 persen dari tahun lalu," kata Hariyadi kepada wartawan di Jakarta dikutip Rabu (2/4). Padahal menurutnya periode libur Lebaran merupakan salah satu peak season alias momen puncak bagi sektor perhotelan, khususnya di luar Jakarta. Di luar momen itu, biasanya tingkat okupasi hotel jauh lebih rendah. "Kalau bulan biasa, itu kemungkinan lebih jelek lagi." katanya. Baca juga: Libur Lebaran, Taman Margasatwa Ragunan Buka Sejam Lebih Awal Mulai Pukul 06.00 Selain tingkat okupasi, ia mengatakan lama durasi masyarakat menginap di hotel juga melemah tahun ini. Kondisi ini terlihat dari waktu reservasi atau penyewaan kamar hotel yang tidak sampai akhir libur Lebaran. Rata-rata orang menginap tak lebih dari 3 hari. "Kayak di Solo tanggal 4- 5 April langsung sudah check out. Di Yogyakarta tanggal 6, Bali itu juga menurun juga ya. Bali itu juga nggak full sampai tanggal 7 April. Jadi secara umum sih turun, secara nasional," paparnya. Hariyadi berpendapat pelemahan usaha sektor perhotelan tahun ini menurun drastis imbas pelemahan daya beli masyarakat. Sehingga masyarakat yang pulang kampung mengurangi belanja dengan tidak menginap atau mengurangi waktu berlibur di hotel. "Daya belinya memang kayaknya sih bermasalah," terang Hariyadi. Untuk mengembalikan kondisi okupansi hotel setidaknya ke kondisi yang normal, ia berharap ada peranan pemerintah dalam eksekusi anggaran. Pasalnya, pasca adanya efisiensi anggaran, konsumsi perhotelan dari pemerintah menurun. Padahal pasar pemerintah untuk industri hotel masih cukup besar yakni mencapai 40 persen. Menurutnya, peranan pemerintah juga sangat penting agar hotel-hotel tidak banyak yang tutup, dan akhirnya berdampak pada PHK karyawan. “Jadi, kalau pemerintah tidak melakukan eksekusi untuk spending, pasti akan banyak yang tutup lagi (hotel),” ungkapnya. (Knu)