Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Bisnis Hotel dan Restoran di Jabar Melesu, PHK di Ambang Mata

BANDUNG, KOMPAS — Bisnis perhotelan dan restoran di Jawa Barat melesu akibat penurunan okupansi selama tiga bulan terakhir. Para karyawan terancam pemutusan hubungan kerja dalam waktu dekat. Masalah ini diakui Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Dodi Ahmad Sofiandi saat diwawancarai Kompas di Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/4/2025).Dodi memaparkan, okupansi hotel anggota PHRI Jabar turun hingga di bawah 50 persen dari Januari hingga pertengahan Maret tahun ini. Terdapat sekitar 800 anggota PHRI Jabar yang tersebar di 27 kabupaten dan kota. Diketahui rata-rata okupansi anggota PHRI Jabar pada Januari sebesar 40 persen, Februari 30 persen, dan awal Maret hingga tanggal 26 turun hingga 20 persen. KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRIBerbagai lauk tersaji di restoran Nasi Jamblang Ibu Nur, Jalan Cangkring 2, Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (30/9/2024). Rumah makan ini menyajikan nasi jamblang, kuliner khas Cirebon. Makanan ini berupa nasi dibungkus daun jati dan disajikan dengan aneka lauk serta sambal goreng.Kemudian, pada akhir Maret hingga Kamis (3/4/2025) ini, jumlah okupansi anggota PHRI Jabar kembali melonjak hingga 80 persen. Hal ini dipengaruhi masa libur Lebaran. ”Diperkirakan, setelah libur Lebaran, jumlah okupansi di Jabar turun ke angka 30 hingga 40 persen,” kata Dodi.Dodi menuturkan, para pelaku jasa perhotelan dan restoran di Jabar kemungkinan menempuh pemutusan hubungan kerja (PHK) para pekerja pada minggu kedua bulan April. Kebijakan ini ditempuh apabila masalah turunnya okupansi terus memburuk.Ia mengungkapkan, diperkirakan PHK dapat mencapai 50 persen dari jumlah pekerja. Adapun rata-rata jumlah pekerja setiap usaha perhotelan dan restoran di Jabar mencapai 100 hingga 300 orang. ”Kini banyak anggota kami tidak lagi mempekerjakan karyawan harian dan tak memperpanjang masa kerja karyawan kontrak. PHK terpaksa ditempuh untuk mencegah kerugian akibat tingginya biaya operasional hingga 50 persen,” katanya. KOMPAS/AGUS SUSANTOStaf Hotel Kedaton 8 Xpress menata sprei di tempat peristirahatan Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 19 di Bekasi, Jawa Barat, 24 April 2022. Hotel yang berdiri sejak 31 Maret 2022 tersebut menyediakan 12 kamar dan dua ruang pertemuan. Adapun tarifnya per kamar Rp 300.000 untuk empat jam pemakaian. Faktor pemicuMenurut Dodi, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan bisnis jasa hotel dan restoran di Jabar terdampak. Faktor-faktor itu antara lain kebijakan efisiensi anggaran, larangan study tour atau pembelajaran di luar kelas di Jabar, dan menurunnya konsumsi masyarakat. Ia menambahkan, lesunya bisnis perhotelan dan restoran akan menyebabkan kontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD) turun drastis hingga 50 persen. Padahal, kontribusi sektor jasa hotel dan restoran di Jabar mencapai Rp 2,5 triliun, tahun lalu. ”Seharusnya pemerintah mengkaji terlebih dahulu kebijakan efisiensi anggaran sehingga tidak berdampak pada sektor usaha,” ucap Dodi. NOVOTEL BANDUNGHotel Novotel Bandung yang memiliki empat program pengolahan sampah secara mandiri sejak tahun 2022.General Manager Hotel Novotel Bandung Arief Maulana mengatakan, kondisi okupansi hotel saat ini lebih parah bila dibandingkan dengan saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) beberapa tahun lalu. Dalam tiga bulan terakhir, angka okupansi tidak menyentuh 50 persen. ”Kami sudah melakukan berbagai upaya, seperti penghematan biaya operasional dan tidak memperpanjang masa kerja karyawan kontrak. Mudah-mudahan ada relaksasi pajak dari pemerintah,” kata Arief. Sementara itu, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan juga menyoroti tingkat hunian hotel yang lebih rendah dibanding pada tahun sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah karena sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang utama PAD. Diketahui dari data PHRI Jabar, PAD Kota Bandung dari sektor jasa perhotelan dan restoran mencapai sekitar Rp 900 miliar pada tahun 2024.”Kami akan mengevaluasi kunjungan wisata setiap minggu. Target PAD dari sektor pariwisata harus tetap tercapai meskipun ada penurunan jumlah wisatawan yang menginap di hotel,” ujarnya.