Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Industri Perhotelan Kena Pukulan Bertubi-Tubi, Kini Okupansi Turun Saar Libur Lebaran

Pekerja merapikan tempat tidur di salah satu kamar hotel, di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (10/3/2025). (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra) JAKARTA, investor.id – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) berharap pemerintah mengevaluasi kebijakan, yang salah satunya adalah terkait efisiensi anggaran. Buntut kebijakan itu industri hotel dan restoran terbukul, kemudian menjadi semakin suram kala momen lebaran juga tak memberikan hasil optimal. Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani mengatakan, terjadi penurunan okupansi hotel sepanjang periode libur lebaran tahun 2025/1446 Hijriah. Penurunan ini terjadi di sejumlah daerah, seperti Solo, Yogyakarta, hingga Bali. “Lebih rendah dari tahun lalu. Tadi saya sempat telepon beberapa daerah. Solo, Yogya, Bali. Turun rata-rata sekitar 20% dari tahun lalu,” kata dia seusai menghadiri open house di rumah dinas Rosan Roeslani, kawasan Widya Chandra, Jakarta, Selasa (1/4/2025). Menurut Hariyadi, penurunan okupansi hotel selama libur lebaran 2025 dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat. Indikasinya dapat terlihat dari proses reservasi atau pemesanan hotel yang lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain,, lama menginap di hotel juga lebih singkat dan tidak berlanjut hingga akhir libur Lebaran pada Senin (7/4/2025) mendatang. “Enggak sampai tanggal 7. Kayak di Solo, tanggal 4, tanggal 5 langsung sudah check out. Di Jogja tanggal 6, Bali menurun juga. Bali itu enggak full sampai tanggal 7,” urai Hariyadi. Industri perhotelan dan restoran mendapat hantaman bertubi-tubi. Sebelumnya, industri ini telah terpukul oleh kebijakan efisiensi belanja pemerintah, yang di antaranya menyasar efisiensi perjalanan dinas dan kegiatan seremoni. Ini berdampak langsung kepada industri perhotelan dan restoran. Oleh karena itu, Hariyadi berharap pemerintah dapat mengevaluasi kembali kebijakan efisiensi anggaran itu guna meningkatkan tingkat okupansi hotel di Indonesia saat ini. Sebab, sektor pemerintahan masih menjadi pasar yang signifikan bagi industri perhotelan, dengan kontribusi mencapai 40%. “Kalau pemerintah tidak melakukan eksekusi untuk spending-nya, pasti akan banyak (hotel) yang tutup lagi,” kata dia. Hariyadi mengungkapkan bahwa sebelum libur Lebaran 2025, terdapat dua hotel di Bogor harus tutup. Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah untuk membantu memulihkan tingkat okupansi hotel di Indonesia. Editor: Prisma Ardianto ([email protected]) Follow Channel Telegram Official kami untuk update artikel-artikel investor.id Follow Baca Berita Lainnya di Google News Read Now LIVE STREAMING Saksikan tayangan informasi serta analisis ekonomi, keuangan, dan pasar modal di IDTV