SURYAMALANG.COM, MALANG - Libur Lebaran 2025 berdampak positif terhadap ekonomi pariwisata di Kota Malang, khususnya di sektor penginapan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang mencatat, tingkat okupansi hotel di wilayahnya berada di kisaran rata-rata 80 persen pada masa libur Lebaran 2025. Sebagai informasi, PHRI Kota Malang memiliki 92 anggota. Terdiri dari 77 hotel, 10 restoran serta 5 lembaga afiliasi lainnya. "Untuk tingkat hunian atau okupansi hotel di Kota Malang pada masa libur Lebaran 2025 cukup tinggi, yaitu rata-rata di kisaran 80 persen." "Bahkan di beberapa hotel atau tempat penginapan yang dekat tempat wisata, itu penuh okupansinya sampai 100 persen." "Hal ini dimulai dari tanggal 2 April sampai puncaknya di tanggal 5 April, dan sekarang sudah turun karena mereka (wisatawan) mulai meninggalkan Kota Malang," ujar Ketua PHRI Kota Malang, Agoes Basoeki kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (6/4/2025). Untuk tingkat okupansi yang naik cukup signifikan ini, tidak hanya dialami oleh hotel berbintang saja. Melainkan, juga penginapan guest house sampai dengan hotel kelas melati. Dan menurutnya, tingginya okupansi pada momen libur Lebaran 2025 ini hampir sama dengan momen libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) beberapa waktu lalu. "Untuk wisatawan atau tamu yang menginap di momen libur lebaran ini, didominasi kalangan keluarga seperti dari daerah Surabaya, Jakarta, bahkan Jawa Barat. Dengan rata-rata waktu menginap selama dua hari," ungkapnya. Terkait harga kamar di saat momen libur lebaran itu, rata-rata pihak hotel atau tempat penginapan menerapkan skema full rate (harga penuh) "Karena termasuk high season, jadi harganya naik tetapi tidak melampaui batas harga standar. Kalau hari-hari biasa, misal harga kamar Rp 500 ribu tetapi paling jualnya Rp 400 ribu atau Rp 450 ribu, dan begitu high season maka dipaskan full rate jadi Rp 500 ribu," terangnya. Dengan kondisi okupansi yang tinggi itu, juga berpengaruh positif terhadap kunjungan di restoran. "Restoran-restoran itu juga dipenuhi, jadi mereka (wisatawan) selain menginap juga kulineran. Dan hal ini tidak hanya dialami oleh restoran di dalam hotel saja, tetapi di tempat-tempat tertentu juga," tandasnya.