Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Okupansi Hotel DIY Saat Lebaran 2025 Turun Drastis, Kisaran 60 Persen

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA  - Tingkat keterisian hotel dan restoran di Daerah Istimewa Yogyakarta selama masa libur Lebaran 2025 tercatat tidak setinggi periode libur sebelumnya.  Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY mencatat tren okupansi cenderung fluktuatif dan lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada libur Lebaran dan Natal-Tahun Baru (Nataru) tahun lalu. Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo, mengatakan bahwa data valid mengenai tingkat keterisian hotel dan restoran baru disebarkan kepada para anggota pada hari ini, sebagai dasar pemantauan kondisi di lapangan.  Meski demikian, berdasarkan informasi yang dihimpun dari sejumlah pelaku usaha, rata-rata okupansi hotel pada periode 28 Maret hingga 1 April 2025 hanya mencapai 30–50 persen. “Kemudian, pada periode 2 hingga 4 April, okupansi sempat meningkat hingga 80 persen. Tapi mulai 5 sampai 7 April kembali turun di kisaran 40 hingga 60 persen,” ujar Deddy, Senin (7/4/2025). Jika dibandingkan dengan periode libur Lebaran 2024, tren tahun ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Baca juga: Evaluasi Libur Lebaran 2025, Pemkab Bantul Fokus Cari Solusi Kepadatan di Pantai Parangtritis Tahun lalu, okupansi hotel bisa bertahan tinggi selama lima hingga enam hari, dengan rata-rata tingkat keterisian mencapai 85–90 persen. Sementara pada libur Nataru 2024, okupansi berada di kisaran 80–90 persen. “Tren sekarang memang turun. Salah satu penyebabnya karena masyarakat melakukan efisiensi. Dampaknya terasa sekali bagi sektor hotel dan restoran,” kata Deddy. Strategi Bertahan di Tengah Ketidakpastian Menghadapi situasi yang tidak menentu ini, sejumlah pelaku usaha hotel masih menerapkan strategi efisiensi operasional, termasuk pengurangan jam kerja bagi karyawan. Menurut Deddy, strategi tersebut masih relevan untuk menghadapi minimnya lonjakan reservasi pascalibur Lebaran. “Masih ada yang menerapkan pengurangan jam kerja. Soalnya, setelah libur ini, situasinya masih berkabut. Reservasi belum jelas, istilahnya belum kelihatan ‘hilal’-nya,” ujarnya dengan analogi bernada humor. Ia menambahkan, mayoritas pelaku industri perhotelan masih menanti perkembangan pasca-libur panjang.