Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Industri Hotel di Balikpapan Lesu, PHRI Sebut Banyak Karyawan Terpaksa Dirumahkan

TRIBUNKALTIM.CO,BALIKPAPAN - Lesunya industri perhotelan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur berdampak langsung terhadap nasib para karyawan. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Balikpapan, Sugianto, mengungkapkan bahwa sebagian hotel terpaksa menyesuaikan karyawannya sebagai langkah efisiensi, akibat rendahnya tingkat okupansi sejak awal tahun 2025. “Efisiensi yang paling mudah dilakukan adalah penyesuaian (jam atau jumlah) karyawan,” ujar Sugianto kepada TribunKaltim.co, Selasa (22/4/2025). Dia mencontohkan, beberapa karyawan perhotelan di Balikpapan mengalami pengurangan jam kerja, mulai menjadi 20 hari hingga hanya 15 hari.  Sebagian bahkan terpaksa dirumahkan dengan alasan efisiensi operasional keuangan.  Baca juga: Efek Positif IKN Nusantara, PHRI Dorong Hotel-hotel Baru Muncul di Penajam Paser Utara Karenanya, Sugianto menambahkan bahwa pengusaha hotel tidak memiliki banyak pilihan lain untuk bisa tetap bertahan.  Sejak Januari hingga April 2025, tingkat keterisian kamar hotel di Balikpapan tidak pernah menyentuh angka 30 persen.  Padahal, menurut Sugianto, untuk menutup biaya operasional saja, minimal okupansi harus berada di angka 40 persen. Tahun ini, misalnya, tingkat keterisian kamar saat Lebaran hanya sekitar 70 persen, turun dari 90 persen pada tahun sebelumnya.  Sementara saat long weekend Jumat Agung, kata Sugianto, beberapa hotel bahkan tidak menerima tamu sama sekali. “Teman-teman hotel tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik, tapi jelas yang pasti dampak efisiensi. Karena tidak bisa seperti biasa,” kata Sugianto.  Ia mengatakan, efisiensi tidak hanya soal tenaga kerja, tetapi juga menyasar berbagai pengeluaran operasional lainnya. Sehingga dia berharap adanya dukungan dari pemerintah agar industri perhotelan tetap berjalan dengan baik.  Baca juga: IKN Beri Dampak Positif pada Okupansi, PHRI PPU Berharap Banyak Hotel Baru Bermunculan Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa dukungan pemerintah, ia khawatir industri perhotelan di Balikpapan akan menghadapi ancaman kebangkrutan. Meski belum ada hotel yang resmi tutup di Balikpapan, Sugianto mengingatkan bahwa kasus serupa sudah terjadi di Bogor.  "Efisiensi ini lebih banyak mengarah ke karyawan. Kemudian ada yang mungkin hal-hal yang tidak perlu, tidak perlu diadakan. Nah, ini kan biasanya nanti semua hotel masing-masing akan melihat, mana yang perlu, mana yang tidak, supaya biaya operasional bisa bertahan," pungkasnya. (*)