55 NEWS – Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang study tour siswa ke luar provinsi menuai kontroversi. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten menilai kebijakan tersebut sebagai langkah yang tidak bijak dan berpotensi mematikan industri perhotelan. Dampaknya pun sudah mulai terasa. Ketua Harian PHRI Banten, GS Ashok, mengungkapkan kekhawatirannya atas dampak ekonomi yang ditimbulkan. Ia menjelaskan bahwa industri perhotelan bukan hanya berdiri sendiri, melainkan menopang banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta industri rumah tangga lainnya. "Larangan study tour ini sama saja membunuh industri," tegas Ashok saat dihubungi 55tv.co.id, Senin (5/5/2025). Ia menambahkan, "Selama objeknya tidak disebut, misalnya dilarang wisuda di hotel, baru kami marah. Ini kan tidak bijak. Di satu sisi mau efisien, tapi jangan sampai membunuh industri." Gambar Istimewa : img.okezone.com Lebih lanjut, Ashok menuturkan bahwa efisiensi anggaran di awal pemerintahan telah berdampak pada penutupan sekitar dua hotel di Jawa Barat. Kondisi ini diperparah dengan kebijakan larangan study tour yang semakin menekan industri perhotelan. Ia memprediksi dampaknya akan semakin terasa pada penyerapan tenaga kerja, khususnya lulusan SMK Pariwisata yang akan kesulitan mencari lapangan pekerjaan. "Ironisnya, setiap tahun ada lulusan SMK Pariwisata. Lalu, mau bekerja di mana mereka jika industri perhotelan terus menurun?" tanya Ashok. PHRI Banten mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut dan mencari solusi yang lebih berimbang, yang tidak hanya mengejar efisiensi anggaran, tetapi juga memperhatikan keberlangsungan industri dan perekonomian daerah. Editor: Akbar Soaks Tags: Ikutikami :