Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Realita Pekerja Hotel di Solo: Dulu Melayani Orang Liburan, Kini Diliburkan

KOMPAS.com - Pekerja hotel di Solo terkena dampak akibat minimnya pemasukan hotel karena turunnya okupansi kamar dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini juga didorong oleh efisiensi anggaran pemerintah yang menekan industri perhotelan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Solo mencatat, tingkat keterisian hunian hotel (okupansi) di Kota Solo hanya mencapai 20-30 persen pasca-efisiensi anggaran.“Pas weekday, okupansi hotel di Kota Solo ya hanya 20-30 persen. Kalau weekend lumayan meningkat jadi 60 persen,” ujar Ketua PHRI Kota Solo Joko Sutrisno saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/5/2025). Menurut Joko, minimnya aktivitas acara bisnis dan profesional alias Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE), menjadi penyebab hotel kian sepi sejak awal 2025. Sebab, selain kamar, hotel-hotel bintang empat dan lima juga mengandalkan penyewaan ruang rapat (meeting) hingga aula untuk kegiatan MICE yang sering digunakan oleh tamu dari kalangan pegawai pemerintah.Baca juga: Dampak Efisiensi Anggaran, 5.000 Karyawan Hotel di Yogyakarta Dirumahkan “Kalau hotel bintang satu ke bawah, jarang kebagian MICE. Hanya berpengaruh 20 persen dari daya beli tadi,” ungkap Joko. Adapun saat musim libur panjang, Joko mengaku, okupansi hotel di Kota Solo kembali melonjak, tetapi tak bertahan lama. Misalnya, saat libur panjang Waisak 2025 selama empat hari berturut-turut mulai Sabtu (10/5/2025) hingga Selasa (13/5/2025). “Kalau libur, (okupansi) hotel mesti penuh 100 persen. Kalau hari terakhir libur, Selasa (13/5/2025) menurun. Okupansinya hanya 50 persen,” kata dia. Baca juga: Efisiensi Anggaran Bikin Okupansi Hotel di Yogyakarta Turun, PHRI Minta Empati Pemerintah