Pemerintah Kota Semarang terus menjaga kedaulatan pangan dengan menggelar Festival Pendamping Beras yang akan dilaksanakan saat Car Free Day di Simpanglima, Kota Semarang, Minggu (8/10) mendatang. Hal ini merespon dampak dari fenomena El Nino dan harga bahan pokok seperti beras dan gula yang mengalami kenaikan. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, kegiatan ini juga didasari atas dorongan Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dalam penutupan Rakernas IV PDI Perjuangan beberapa hari lalu. Mbak Ita sapaan akrabnya menjelaskan, melalui festival ini, masyarakat diharapkan tidak ketergantungan dalam mengkonsumsi nasi ataupun yang mengandung gandum. Pihaknya mengajak agar masyarakat bisa mengolah makanan dari bahan lainnya seperti sorgum, singkong, dan sukun. Dalam proses memasak nanti, Pemerintah Kota Semarang akan mengajak chef-chef atau koki hotel yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) untuk memberikan tutorial memasak selain dengan menggunakan bahan gandum dan beras. Nantinya juga terdapat minimal 50 porsi per booth makanan yang akan dibagikan ke masyarakat secara gratis. “Nanti akan ada demo memasak yang diikuti oleh teman-teman pemerintah kota, termasuk saya, akan ada 114 booth yang akan melakukan aktivitas masak. Bahan-bahan semuanya bukan dari gandum, melainkan sorgum yang ternyata bisa dioalah. Dan akan ada chef-chef hotel yang akan mengajari dan mengedukasi masyarakat yang ada di Kota Semarang dengan bahan non beras dan gandum,” ujarnya saat memberikan keterangan kepada awak media di Lobby Balai Kota Semarang, Kamis (5/10). Mbak Ita menjelaskan jika program ini merupakan awal dari upaya ketahanan pangan di Kota Semarang. Dirinya menyebut sebenarnya ada 10 bahan makanan pendamping beras yang bisa dijadikan sajian utama. “Jadi pendamping beras ada 10, ada hanjeli, sorgum, sukun, porang, ubi, jagung, singkong, pisang. Nanti setiap hotel akan menyajikan produk makanan dari bahan non-beras,” paparnya. Di sisi lain, Mbak Ita menambahkan, melalui program ini, masyarakat Kota Semarang tidak perlu lagi khawatir tentang harga beras dan gula yang semakin naik. Selain harganya yang murah, mengkonsumsi selain bahan beras dan gula juga lebih menyehatkan tubuh karena kandungan gula hang lebih rendah. “Jadi stigma salah, kenapa dinamai Pendamping Beras karena kita tiap pagi sampai malam makannya dari beras. Dan saya tiga bulan ini gak makan nasi dan gula, ternyata tambah sehat sekaligus diet dan sekaligus ngirit (berhemat),” imbuhnya. “Festival ini tidak hanya festival, tetapi ada pasar taninya. Kemudian mensosialisasikan bagaimana ketahanan pangan di kota Semarang harus terus berjalan," pungkas mbak Ita.