Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyelenggaraan wisuda dan perpisahan sekolah dan perguruan tinggi mampu mengerek keterisian MICE di hotel dan restoran DIY. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, Minggu (15/06/2025). Deddy menyebut beberapa pekan ini, okupansi hotel dan restoran di DIY mampu mencapai hampir 10 persen. Tentunya hal ini menjadi angin segar bagi industri perhotelan dan restoran. “Reservasi bagi sekolah swasta, ada sekolah negeri, tapi perpisahan yang dilaksanakan oleh wali murid. Ada beberapa hotel dan restoran (menjadi tempat untuk wisuda dan perpisahan). Dari universitas juga ada, seperti UGM, UII, UPN, Akprind, YKPN, dan UMY,” katanya. “Biasanya untuk mencapai 3 persen (okupansi MICE) aja susah payah. Tetapi beberapa minggu ini data kami hampir 10 persen. Ini sangat kami syukuri, karena sebelumnya mencapai 2, 3 pesen aja susah,” sambungnya. Ia menyebut ada perubahan tren pelaksanaan wisuda maupun pelepasan siswa kali ini. Pasalnya, penyelenggaraannya di luar lingkungan sekolah. Baca juga: Industri Pariwisata DIY Berhasil Bawa Oleh-oleh Reservasi Study Tour dan MICE dari Malang ke DIY Misalnya sekolah di Sleman, namun menyelenggarakan kegiatan di Kulon Progo, Kota Yogyakarta, atau di Gunungkidul. Kemudian sekolah di Kota Yogyakarta menggelar kegiatan di Gunungkidul, Kulon Progo, atau Bantul. “Ini baru bagi kami, dan ini tren yang bagus, karena bisa saling mengisi,” lanjutnya. Hanya, okupansi MICE di hotel maupun restoran di DIY menurun cukup signifikan dibandingkan tahun 2024 lalu. Tahun lalu, okupansi MICE untuk wisuda dan perpisahan bisa mencapai 40 persen, sementara tahun ini baru sekitar 10 persen. Artinya ada penurunan hampir 30 persen. Menurut dia, penurunan okupansi MICE kali ini sangat wajar lantaran daya beli masyarakat saat ini juga turun. Dampaknya, wisuda dan perpisahan tidak lagi dilakukan di hotel atau restoran, tetapi di sekolah masing-masing. Di samping itu, ada pelarangan wisuda. “Karena kondisi tahun lalu dan sekarang berbeda. Daya beli masyarakat turun, ada larangan wisuda juga. Ini sudah kami syukuri. Harapannya trennya positif, biasanya bisa terjadi selama dua bulan. Kebijakan-kebijakan yang direvisi pemerintah juga harapannya bisa membawa tren positif,” pungkasnya. (*) Sumber: Tribun Jogja