Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah industri pariwisata DIY bertolak ke Malang, Jawa Timur untuk melakukan table top beberapa waktu lalu. Total ada 60 seller dari DIY, terdiri dari 45 hotel, sementara sisanya adalah restoran, toko oleh-oleh, dan destinasi. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan table top tersebut dihadiri oleh 75 buyer potensial, baik biro travel maupun pemerintah. Ia menyebut kunjungan wisatawan dari Jawa Timur merupakan yang terbesar, sekitar 30-35 persen, disusul Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Table top menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan okupansi hotel di DIY. “Itu alasan kami ke Malang, kemudian banyak seller yang memilih ke Malang daripada kota lain. Kami ada polling, tertinggi ke Malang. Sambutan dari Pemkot Malang dan Pemda Jawa Timur sangat baik, dan mereka mengizinkan teman-teman travel agent bawa rombongan ke daerah lain, terutama di DIY. Alhamdulillah kemarin sudah ada travel agent dan sekolah yang deal untuk Juli dan Agustus 2025,,” katanya, Minggu (15/06/2025). “Asalkan melalui prosedur yang benar, ini yang study tour. Jawa Timur ya ada larangan (study tour), tetapi kemarin ada angin segar bagi kami, karena Pak Wagub (Emil Elestianto Dardak) menyampaikan boleh. Tetapi harus melalui mekanisme yang benar, pilih bus yang ada izinnya, tidak memaksa orangtua, murid yang tidak mampu bisa dibantu. Ini kan bijak, kami menyambut baik hal itu,” sambungnya. Penyelenggaraan MICE dari wilayah Jawa Timur juga mulai bergulir, termasuk ke DIY. Pada table top bertajuk Guyub Sesarengan ke 9 tersebut sudah ada beberapa instansi dari Kabupaten Malang dan Kota Malang yang akan melakukan MICE di DIY. “Karena kan keran-kerannya (anggaran daerah) sudah dibuka, sudah ada surat edaran, dan pak Wagub juga memberikan sinyal bisa (MICE dilaksanakan), tetapi sesuai anggaran yang ditetapkan. Sudah ada DP (tanda jadi), ada beberapa instansi, kalau travel agent ada tiga,” lanjutnya. Deddy menilai table top tidak hanya untuk menciptakan transaksi, tetapi juga promosi, dan investasi. Melalui table top, industri pariwisata DIY baik hotel, restoran, toko oleh-oleh, maupun destinasi bisa mempromosikan produk-produk baru. Selain itu, ada beberapa hotel dan restoran di DIY yang berganti nama. Dengan adanya table top, hotel dan restoran bisa memperkenalkan branding baru. “Ini menjadi langkah investasi untuk memberikan promosi, mengenalkan produk teman-teman. Ada hotel dan restoran yang ganti nama, mereka kan butuh branding baru. Sehingga travel agent, pemerintah tahu, ini hotel yang mana. Destinasi baru juga kemarin ikut, ini kan bisa menambah wawasan. Ini investasi, bukan berarti besok harus ada deal, tetapi Alhamdulillah kemarin sudah ada yang deal. Ini angin segar bagi kami,” pungkasnya. (*) Sumber: Tribun Jogja