Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Organisasi nirlaba pengusaha yakni Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menyebut bisnis usaha perhotelan di wilayah itu masih terpantau lesu bahkan terus menghadapi masa-masa sulit. Wakil Ketua II PHRI Kabupaten Bekasi Bambang Wijanarko mengungkapkan pada periode Januari hingga Mei 2025, tingkat okupansi atau keterisian kamar hotel mengalami penurunan drastis mencapai lebih dari 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. "Penyebabnya banyak, salah satunya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah sejak awal tahun ini," katanya di Cikarang, Senin. Ia mengatakan dampak kebijakan tersebut tidak hanya mengurangi kegiatan pemerintahan saja melainkan mempengaruhi sektor swasta seperti perusahaan yang ikut memangkas anggaran untuk kegiatan karyawan di hotel. Situasi ini memaksa sejumlah pengusaha hotel di Kabupaten Bekasi untuk mengambil langkah-langkah sulit. Beberapa hotel mengurangi jam kerja karyawan bahkan tidak sedikit yang memutuskan tidak memperpanjang kontrak para pekerja. "Termasuk daily worker (tenaga kerja harian), ada beberapa hotel yang sudah tidak mempekerjakan lagi," katanya. PHRI berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan nyata guna menyelamatkan industri perhotelan, terlebih Menteri Dalam Negeri telah mengizinkan kembali pemerintah daerah menggelar kegiatan atau rapat di hotel. Mengacu data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, okupansi hotel berbintang tahun ini cenderung mengalami penurunan. Pada Januari 2025 sebesar 42,94 persen, turun menjadi 42,88 persen pada Februari dan 33,92 persen di Bulan Maret. BPS mencatat penurunan tajam pada Maret 2025 terjadi karena bertepatan dengan momentum Bulan Ramadhan. Tingkat okupansi kembali naik pada April menjadi 40,07 persen namun itu juga tidak lebih baik dari okupansi pada bulan yang sama tahun lalu yakni 46,47 persen.(KR-PRA).