TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepadatan kendaraan, antrean panjang di kawasan Malioboro, dan tingkat hunian hotel yang melonjak jadi potret Yogyakarta selama libur sekolah akhir Juni 2025. Kota Gudeg kembali dibanjiri wisatawan, membawa harapan baru bagi industri perhotelan yang sempat lesu. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY mencatat, okupansi hotel mencapai puncaknya pada 27–28 Juni, dengan Kota Yogyakarta menyentuh angka 80 persen dan Sleman 75,8 persen. “Ini jadi momen kita bertahan,” kata Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono. Okupansi rata-rata selama periode 25–30 Juni tercatat 50,8 persen. Meski demikian, tren pemesanan kamar masih belum stabil. Untuk periode 6–20 Juli, reservasi baru mencapai 28 persen. Deddy mengimbau wisatawan agar tidak datang tanpa pemesanan lebih dulu. “Kalau penuh, bisa diarahkan ke hotel partner. Tapi kalau tidak dapat kamar, kasihan juga harus muter-muter,” ujarnya. Baca juga: Menyusuri Kuliner Lawas Sembari Menghidupkan Ingatan Lama di Pasar Ngasem Yogyakarta Di sisi lain, Kabupaten Kulon Progo masih tertinggal dalam menarik wisatawan. PHRI menyoroti minimnya destinasi dan event yang bisa menjadi magnet kunjungan. “Kalau wisatawan bilang belum ada yang menarik, ya harus ada event pendukung selama liburan ini,” kata Deddy. Sementara itu, kawasan Malioboro masih menjadi destinasi favorit. Antrean kendaraan pribadi dari luar kota, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur, memadati area parkir Abu Bakar Ali. Penyedia jasa foto adat Jawa pun ikut kebanjiran pelanggan. “Kalau enggak libur, sepi. Tapi kemarin long weekend dan libur sekolah, banyak banget yang datang,” kata Caca, admin salah satu jasa foto di Malioboro. (*)