YOGYAKARTA, KOMPAS — Pengoperasian jalan tol segmen Klaten-Prambanan pada Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo yang kian memudahkan akses wisatawan disambut positif pelaku industri pariwisata di DI Yogyakarta. Namun, di sisi lain, hal ini juga harus disikapi dengan pembenahan sektor pariwisata agar wisatawan nantinya tak sekadar lewat di provinsi itu.Segmen Klaten-Prambanan sepanjang 8,6 kilometer merupakan bagian dari Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo yang dikelola PT Jasamarga Jogja Solo (JMJ). Segmen itu mulai dioperasikan pada Rabu (2/7/2025), sementara masih tanpa tarif atau gratis.Segmen itu membuat jaringan Jalan Tol Trans-Jawa kian mendekati wilayah DIY. Gerbang Tol Prambanan berada di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terhubung dengan Jalan Nasional Yogyakarta-Solo. Titik tersebut hanya berjarak sekitar 6 kilometer dari perbatasan Jateng-DIY di kawasan Candi Prambanan.Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono menyambut positif pengoperasian segmen tersebut. ”Ini makin memudahkan dan mempercepat akses wisatawan ke DIY,” ujarnya, Kamis (3/7).Apalagi, pembukaan segmen tol itu bertepatan dengan masa liburan sekolah sehingga dapat memperlancar arus wisatawan dari berbagai daerah di Pulau Jawa ke DIY. Hal tersebut diharapkan mendongkrak okupansi hotel yang dalam dua bulan terakhir (Mei-Juni) mencapai 60-70 persen. ”Semoga dibukanya ruas jalan tol ini bisa menambah okupansi bulan Juli,” tutur Deddy.Namun, dia menambahkan, pembukaan segmen jalan tol ini juga harus dibarengi dengan upaya menyiapkan destinasi dan atraksi wisata yang lebih baik. Ini penting agar wisatawan betah dan menambah lama tinggalnya di DIY.Jangan sampai dengan makin mudahnya akses, wisatawan jadi malah tidak ’stay’ (menginap) di DIY.Upaya pembenahan itu harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya, termasuk industri perhotelan. ”Jangan sampai dengan makin mudahnya akses, wisatawan jadi malah tidak stay (menginap) di DIY, tetapi datang terus jalan-jalan lalu pulang. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita,” kata Deddy.Dia mengatakan, salah satu upaya yang sedang dilakukan sejumlah anggota PHRI DIY adalah menyiapkan daya tarik khas di hotel. Hal ini, misalnya, dengan menyediakan fasilitas tempat bermain anak, kebun binatang mini, atau sarana hiburan lainnya.Selain itu, ada pula hotel yang menyajikan aktivitas unik yang dapat dilakukan tamu, seperti kegiatan membatik. ”Ini akan berkesan bagi tamu dan diharapkan membuat tamu betah tinggal berlama-lama,” katanya.Secara terpisah, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardyanto Setyo Ajie mengungkapkan, akses yang kian mudah dan cepat ini harus membuka kesadaran para pemangku kepentingan pariwisata di DIY untuk membenahi sejumlah hal. Ini agar kehadiran infrastruktur penting itu tidak justru berdampak buruk bagi industri pariwisata DIY.Salah satu yang disorotinya adalah sejumlah hal yang berkaitan dengan pariwisata di Yogyakarta menjadi serba mahal saat high season atau musim ramai wisatawan. Hal ini, misalnya, terkait tarif hotel dan transportasi.Hal tersebut membuat DIY berpotensi kalah saing dengan pariwisata di kota-kota besar lain di sekitarnya, seperti Surakarta (Solo), Semarang, atau Magelang. Apalagi, kota-kota itu kini bisa lebih cepat dijangkau dengan jalan tol.”Orang banyak masuk ke Yogyakarta karena kemudahan infrastruktur, tetapi belum tentu stay-nya di Yogyakarta. Kan, bisa saja nanti orang menginapnya di Solo atau Semarang, mainnya di Yogyakarta. Itu bisa terjadi,” kata Bobby.GIPI DIY pun telah sejak jauh hari mengingatkan perihal ini kepada para pemangku kepentingan. Bobby menyebutkan, hal yang harus diperbaiki adalah menjaga stabilitas harga agar tak terlalu timpang baik antara masa high season dan low season, maupun saat hari kerja dan akhir pekan. Kehadiran jalan tol ini akan mengubah pola dan dinamika kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.Sementara itu, pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Amirullah Setya Hardi, mengatakan, dioperasikannya jalan tol segmen Klaten-Prambanan secara umum akan berdampak positif bagi perekonomian DIY. Apalagi, posisi Gerbang Tol Prambanan yang berada di sisi timur DIY membuat wilayah lain bisa menikmati dampak pariwisata sebelum masuk ke Kota Yogyakarta di bagian tengah.Amirullah pun menyebutkan, kehadiran jalan tol ini akan mengubah pola dan dinamika kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Jika sebelumnya wisatawan berlibur ke Yogyakarta dalam waktu beberapa hari untuk mengunjungi banyak destinasi, sekarang bisa jadi hanya mendatangi destinasi tertentu saja tanpa menginap.”Akan tetapi, frekuensi kunjungannya mungkin jadi lebih sering karena akses yang sudah mudah,” ujar Amirullah.Namun, dia mengingatkan potensi dampak negatif dari peningkatan arus kendaraan yang menambah kepadatan di jalanan. Ini harus dimitigasi agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas yang justru dapat merugikan sektor pariwisata DIY.Di luar pariwisata, Amirullah mengungkapkan, sejumlah sektor perekonomian lain juga diuntungkan dengan kehadiran jalan tol. Salah satunya adalah sektor industri yang bisa lebih lancar arus rantai pasok ataupun distribusi hasil produksinya. Selain itu, layanan kesehatan yang lengkap di DIY juga bisa diakses masyarakat secara lebih luas dari kota-kota lain.Pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo masih terus berlanjut. Jika sudah selesai, jalan tol itu akan tersambung dengan Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulon Progo, DIY. Selain itu, jalan tol ini terhubung pula dengan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, yang secara bersamaan sedang dikerjakan.