TRIBUN-BALI.COM - Kondisi pariwisata di Kabupaten Badung saat ini masih menunjukkan tren stabil. Hal itu terlihat dari tingkat okupansi hotel saat ini. Meski demikian dengan makin memanasnya konflik antara Israel dan Iran diharapkan tidak pecah hingga terjadi perang dunia. Hal itu tentu akan berpengaruh besar pada dunia pariwisata di Bali. Hal itu pun dikatakan Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, I Gusti Rai Suryawijaya saat dikonfirmasi Jumat (4/7). Dia mengakui jika perang dunia akan berdampak lebih buruk dari pandemi Covid-19, karena akan menghambat mobilitas wisatawan secara global "Bali ini sangat mengharapkan dari sektor pariwisata. Kita secara serius harus menjaga keamanan, kenyamanan dan keindahan. Mudah-mudahan tidak terjadi (perang dunia)," ujarnya. Baca juga: WASPADA! BPBD Gianyar Minta Atensi Aktivitas di Laut, Tinggi Gelombang Diprediksi Capai 4 Meter Baca juga: FIRASAT Keluarga Kadek Oka, Kerap Lihat Postingan Video Kapal Laut 2 Hari Sebelum Musibah KMP Tunu Hanya saja terkait dengan kunjungan wisatawan saat ini pihaknya mengaku sangat stabil. Hanya saja lupa data pasti jumlah kunjungan. Namun untuk tingkat hunian hotel saat ini berada di angka 70 hingga 80 persen. "Angka ini tergolong tinggi dan menunjukkan bahwa sektor perhotelan masih berjalan cukup sehat. Namun memang ada beberapa wilayah yang bagus, seperti wilayah Badung selatan," ucap Ketua PHRI Badung itu. Disinggung tingkat hunian hotel di Badung, pihaknya menyebutkan masih bagus. Hanya saja pihaknya heran, ada sejumlah akomodasi pariwisata yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pihaknya menilai, kebijakan PHK semestinya hanya diambil dalam kondisi krisis. "Misalkan saat tingkat okupansi hotel menurun hingga di bawah 50 persen secara berturut-turut. Namun kejadian sekarang belum kami ketahui pasti penyebabnya," ucapnya. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada hotel yang melakukan PHK terhadap karyawannya. Bahkan jika okupansi menurun menjadi 60 persen, ia berharap hotel-hotel tetap menjaga komitmen terhadap para pekerjanya. "Ini okupansi kita masih bagus, relatif bagus dengan situasi global, geopolitik, dan juga ekonomi nasional," ungkapnya. Lebih jauh, ia menjelaskan, kondisi stabil ini tak lepas dari karakteristik wisatawan yang datang ke Bali. Sebagian besar dari mereka memang benar-benar datang untuk berlibur, bukan semata-mata untuk urusan bisnis atau kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). "Kalau di Bali situasinya hampir 70 persennya berlibur, dan untuk MICE sekitar 30 persen lah," ucapnya. Namun, tantangan tetap ada, seperti di usaha restoran. Agung Ray menerangkan, sektor restoran menghadapi persaingan yang semakin ketat. Tak hanya dalam hal kualitas makanan dan pelayanan, tetapi juga dari sisi harga dan munculnya restoran-restoran baru. (gus)