› Ekonomi›Hotel Mewah Terus Bertumbuh Pengembangan hotel mewah terus tumbuh. Pilihan konsumen kian bergeser ke hotel dengan fasilitas lengkap dan layanan prima. Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI · 3 menit baca KOMPAS/HERU SRI KUMOROPekerja menyelesaikan renovasi sebuah hotel di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (21/3/2022). Bisnis hotel menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19. Melandainya kasus Covid-19 dan adanya pelonggaran kebijakan terkait mobilitas warga membuat bisnis hotel kembali bergeliat. JAKARTA, KOMPAS — Seiring dengan kinerja sektor perhotelan yang semakin membaik, investasi hotel diproyeksikan terus meningkat. Hotel kelas mewah, yakni bintang 4 dan bintang 5, kini mendominasi investasi baru sektor perhotelan.Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengemukakan, penambahan hotel bintang 4 dan bintang 5 terus berlangsung. Sebagian besar investasi itu dilakukan oleh pengusaha lokal. Ia menambahkan, konsumen kini cenderung memilih hotel dengan fasilitas yang lengkap, layanan baik, dan kenyamanan. Hal itu umumnya disediakan hotel berbintang. Preferensi pasar itu turut mendorong investasi hotel bergeliat.”Hotel bintang lebih banyak dipilih masyarakat karena preferensi konsumen sekarang seperti itu,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (19/10/2023).Laporan ”Jakarta Property Market Update Triwulan III-2023” yang dirilis konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat, volume investasi hotel di Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta dollar AS atau setara Rp 3,46 triliun (kurs Rp 15.731).Baca juga : Ekspansi yang Mengiringi Kebangkitan HotelKOMPAS/DAHLIA IRAWATIDesain interior dan outdoor mewah serta bersejarah di Hotel Tugu, Malang, Jawa Timur, menjadi daya tarik tersendiri. Menurut Senior Vice President Investment Sales Hotels & Hospitality Group JLL Asia Pacific Julien Naouri, investasi perhotelan terus tumbuh seiring dengan fundamental sektor hotel yang kuat. Investasi senilai 220 juta dollar AS pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2022, yakni sekitar 174 juta dollar AS atau Rp 2,73 triliun.Ia menambahkan, investasi itu didominasi oleh investor asal Indonesia, yakni individu dengan kekayaan bersih tinggi (high-net-worth individual). Pada tahun 2024, nilai investasi hotel diprediksi lebih tinggi lagi, yakni 265 juta dollar AS. Peningkatan investasi itu menyasar hotel kelas mewah. Investasi itu terutama menyasar Jakarta, Bali, dan destinasi wisata kunci.Investasi itu didominasi oleh investor asal Indonesia, yakni individu dengan kekayaan bersih tinggi.”Kami mengharapkan peningkatan aktivitas pada investasi jual beli hotel pada akhir tahun 2023 dan 2024, terutama peningkatan untuk kelas luxury asset,” ujar Julien dalam keterangan pers, Rabu.Head of Hospitality Services Colliers Indonesia Satria Wei, saat dihubungi terpisah, Kamis, menuturkan, pertumbuhan hotel bintang 4 dan bintang 5 mulai tersebar ke kota-kota kecil yang menjadi destinasi wisata. Beberapa di antaranya Labuan Bajo, Bandung dan sekitarnya, Solo, dan Yogyakarta. Di Labuan Bajo, tercatat empat hotel bintang 5 akan selesai dibangun pada 2024.KOMPAS/ERIKA KURNIASuasana lobi tamu di Fairmont Hotel, Jakarta, Jumat (14/2/2020).Satria menambahkan, perilaku konsumen kini telah bergeser, dari yang semula cenderung mempertimbangkan tarif penginapan kini lebih memilih hotel yang menghadirkan lebih banyak pengalaman saat menginap. Tren ini mulai terlihat sejak tahun 2022 atau setelah pandemi dan berlanjut hingga kini.Baca juga : Hotel Didorong Konservasi EnergiNonbintangSejak pandemi, muncul tren ”travel revenge” atau wisata balas dendam, yakni fenomena masyarakat berbondong-bondong melakukan perjalanan setelah sekian lama menghadapi pembatasan perjalanan. Industri pariwisata perhotelan yang terbiasa memangkas tarif mulai meninggalkan praktik itu dan fokus pada penyediaan fasilitas dan layanan terbaik. Hotel bintang 3 ke bawah hingga nonbintang juga mulai melakukan transformasi menyediakan produk dan layanan lebih baik untuk menarik pasar hingga menerapkan konsep hijau (ecogreen).”Daya tarik hotel bukan lagi dengan menurunkan harga, tetapi harus punya produk yang bisa diunggulkan dibandingkan dengan tempat lain. Fasilitas dan kenyamanan menjadi daya tarik dan memberikan pengalaman lebih bagi konsumen akan menjadi pilihan,” kata Satria.Hotel nonbintang dinilai tidak bisa lagi hanya berfokus pada tarif murah, tetapi minim fasilitas dan layanan. ”Hotel budget tidak perlu terpaku dengan harga murah, melainkan budget atas layanan. Layanan minimum yang diminta konsumen adalah kebersihan, kenyamanan, dan konektivitas,” lanjutnya.Senada dengan itu, Hariyadi mengatakan, pergeseran konsep dan inovasi juga telah banyak dilakukan hotel nonbintang. Hotel nonbintang melakukan sejumlah peningkatan layanan dan fasilitas guna mengundang daya tarik konsumen. Ini karena sebagian konsumen turut mempertimbangkan penilaian (review) atas tempat penginapan dan tarif menginap sebelum memesan penginapan.”Hotel dengan review baik dan tarif yang sesuai akan menjadi pilihan konsumen. Sebaliknya, hotel yang tidak menyesuaikan diri lewat peningkatan fasilitas dan layanan akan semakin ditinggalkan,” ujarnya. Editor:AUFRIDA WISMI WARASTRI