PERHIMPUNAN Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat fenomena kenaikan okupansi perhotelan saat aksi unjuk rasa marak di berbagai daerah sepanjang akhir Agustus hingga awal September 2025 ini.Okupansi melonjak hingga rata-rata 40 persen meski kondisi saat ini sebenarnya masih masuk low season atau sepi kunjungan. Padahal, Yogyakarta sendiri juga menjadi salah satu daerah yang dirundung aksi massa. Bahkan sempat diwarnai pembakaran di Markas Polda DIY hingga tewasnya seorang mahasiswa Amikom diduga akibat bentrok dengan aparat.Penyebab okunpansi naikLantas, apa yang menyebabkan warga luar Yogyakarta justru banyak berdatangan dan membuat okupansi hotel ikut naik? Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca "Salah satu pemicu kenaikan okupansi itu karena Yogyakarta dianggap relatif aman meskipun aksi demonstrasi banyak," kata Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono, Rabu 3 September 2025.Berdasarkan informasi yang ia himpun dari pengunjung luar Yogyakarta, momentum yang membuat wisatawan percaya Yogyakarta relatif aman ketika aksi demo berujung ricuh dan pembakaran di Markas Polda DIY pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari 29-30 Agustus 2025 lalu. Figur Sultan HB XSaat itu akses jalur nasional ring road utara, depan Markas Polda DIY juga diblokade hingga tengah malam. Selain itu, ketika demonstasi sedang panas-panasnya, Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X justru menerobos lautan massa menuju markas Polda DIY yang sudah hancur dan terbakar bagian depannya. Setelah menemui perwakilan demonstran bersama pejabat Polda DIY, lalu Sultan keluar dan berbicara untuk menenangkan massa. Mereka pun kemudian membubarkan diri. Peristiwa itu lantas viral di media sosial. "Jadi peristiwa Sultan mendatangi Polda DIY saat itu rupanya menjadi daya tarik luar biasa yang membuat orang datang ke Yogyakarta, mereka merasa aman," kata dia.Melalui peristiwa itu, kata Deddy, orang percaya meskipun situasi di berbagai daerah ricuh, namun rasa aman di Yogyakarta tetap ada karena hadirnya pemimpin. Pantauan Tempo dalam peristiwa malam itu hingga dua hari kemudian, sasaran massa aksi tak pernah menyentuh obyek lain di sekitarnya. Meski Polda DIY lokasinya berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan pertokoan."Kami (pelaku usaha perhotelan) juga sangat berterima kasih atas rasa aman itu, karena Ngarsa Dalem (Sultan) yang sudah bersusah payah ke sana (lokasi demonstrasi), ternyata kondisi ini sangat berdampak bagi kepercayaan masyarakat," imbuh dia.Prediksi semakin naik jelang SekatenBahkan ada pula pengunjung yang sengaja stay beberapa hari di Yogyakarta untuk mengamankan diri dengan rombongan keluarganya. Ada juga yang sendiri. Menurut Deddy lonjakan okupansi itu berasal dari berbagai daerah. Terutama yang masih diwarnai aksi unjuk rasa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, juga Jawa Tengah. "Yang terbanyak (tamu) dari Jakarta, lalu Jawa Barat," kata dia.Ia memprediksi okupansi itu kian naik mendekati akhir pekan ini. Dengan perkiraan mendekati 60 persen. "Beberapa daerah kan masih bergejolak, kami prediksi okupansi di Yogyakarta akan naik kembali, mulai Jumat- Sabtu pekan ini," kata dia.Terlebih, pada akhir pekan ini Keraton Yogyakarta juga akan menggelar Hajad Dalem Sekaten yang di dalamya ada tradisi Grebeg. Momentum ini diyakini membuat okupansi makin meningkat.PHRI DIY pun menyinggung soal sejumlah negara yang telah mengeluarkan travel warning atau peringatan perjalanan kepada warganya yang tinggal dan hendak berkunjung ke Indonesia imbas situasi demonstrasi. Seperti dari Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Prancis, Jepang, Filipina, Inggris, dan Kanada."Wisatawan mancanegara sejauh ini masih banyak yang berkunjung dan stay di Yogyakarta, mereka sejauh ini masih merasa aman, tidak ada yang langsung pergi ketika demonstrasi merebak di sini," kata dia.