Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Okupansi Hotel Stabil, PHRI DIY: Wisatawan Percaya Jogja Aman

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keramaian kendaraan berpelat luar daerah di Malioboro hingga rombongan reuni sekolah dari Makassar menjadi bukti sederhana. Meski Yogyakarta sempat diguncang kericuhan di Mapolda DIY, wisatawan tak urung datang.  Bahkan, kehadiran mereka justru disebut meningkat setelah Sri Sultan Hamengku Buwono X turun langsung menemui massa. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan tingkat hunian hotel di Kota Yogyakarta dan Sleman cukup stabil setelah insiden akhir Agustus itu.  “Kami bersyukur, meskipun ada kejadian, okupansi tetap terjaga,” ujarnya. Ia menambahkan, pengamatan di lapangan menunjukkan aktivitas wisata berjalan normal.  “Saya sendiri melihat langsung jalanan kota penuh kendaraan pelat luar daerah. Ada juga rombongan SMA 1 Makassar yang mengadakan reuni, sampai acara profesi seperti pertemuan dokter paru-paru. Semua itu bukti bahwa Jogja masih dipercaya,” kata Deddy. Baca juga: PHRI DIY Sebut Warga Jakarta hingga Bandung Ngungsi ke Jogja, Efek Unjuk Rasa Selain acara rombongan, agenda budaya seperti Grebeg Maulid juga disebut memberi dorongan.  “Event budaya selalu jadi magnet. Wisatawan datang bukan sekadar untuk liburan, tapi juga untuk merasakan pengalaman khas Jogja,” katanya. Menurut PHRI, rata-rata tingkat hunian hotel di DIY masih sekitar 50 persen jika digabungkan dari empat kabupaten dan satu kota. Namun di kawasan kota dan Sleman, capaian lebih tinggi. Kondisi ini dianggap cukup baik, mengingat ada sebagian wisatawan yang sempat menunda perjalanan.  “Harapan kami, mereka yang menunda ke Oktober bisa kembali datang di September. Karena kenyataannya Jogja aman,” ujar Deddy. Ia juga menilai, langkah Sri Sultan menemui pendemo di Mapolda DIY memberi dampak positif terhadap persepsi keamanan. “Wisatawan domestik percaya. Bahkan, tamu asing juga tetap datang, meski ada travel warning dari negara mereka. Itu karena mereka melihat langsung situasi terkendali,” tambahnya. Bagi pelaku pariwisata, pengalaman ini menjadi pelajaran penting, dialog cepat dan ketegasan pemimpin lokal mampu mencegah dampak ekonomi lebih parah.  “Kami mengapresiasi Ngarsa Dalem. Kehadiran beliau memberi rasa aman, dan itu sangat berarti bagi pariwisata Jogja,” kata Deddy. Dengan 30 hari penuh di bulan September, PHRI berharap okupansi bisa mencapai target. (*)