Manado, BeritaManado.com — Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sulawesi Utara (PHRI Sulut) memberi perhatian dan dukungan terhadap program Gerakan Selamatkan Pangan atau Stop Boros Pangan dari Badan Pangan Nasional.
Salah satu bentuk komitmen yaitu terlaksananya pertemuan yang membahas rencana sosialisasi Gerakan Stop Boros Pangan yang digelar di ruangan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Sulut pada Jumat (20/10/2023).
Hence Karamoy selaku pengurus PHRI Sulut mengatakan, PHRI merasa terpanggil dan peduli atas Gerakan Stop Boros Pangan ini.
Seperti arahan Ketua PHRI Sulut, Nicho Lieke, maka PHRI akan selalu ikut serta dalam menunjang program program pemerintah.
“Dengan diundangnya kami dalam rapat ini, maka tentunya kita akan saling memberi masukkan agar program Gerakan Stop Boros Pangan ini dapat terlaksana dengan baik, karena untuk Sulut sendiri ada banyak kegiatan dan pasti ada makan makan dan banyak sekali makanan yang tersisa dan disia-siakan,” ujar Hence Karamoy, Jumat (20/10/2023).
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dr. Jemmy J.R Lampus, M.Kes mengatakan, pertemuan ini untuk membahas rencana pelaksanaan Gerakan Stop Boros Pangan dalam rangka kegiatan sosialisasi Gerakan Selamatkan Pangan (Stop Boros Pangan).
Maka yang terundang adalah yang masuk dalam pentahelix atau multipihak di mana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen.
“Indonesia ada di urutan kedua setelah Arab Saudi dalam hal ini. Jadi kita memang harus melakukan Gerakan Selamatkan Pangan atau Stop Boros Makan,” ujar Lampus.
Jemmy Lampus mengungkapkan, di Sulut untuk pemborosan makanan sangat nyata terlihat, makanya sangat penting bagi setiap negara untuk mencegah dan mengurangi food loss and waste.
Sekitar 14 persen total produksi mengalami penyusutan (food loss) dan 17 persen terbuang percuma karena perilaku boros pangan (food waste).
“Karena itu kita memerlukan kolaborasi global dalam menekan food loss and waste mengingat dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi,“ ucap Jemmy Lampus.
Upaya yang dilakukan ke depan untuk menyelamatkan pangan adalah mendonasikan pangan yang berlebih, pemanfaatan untuk pakan hewan, pemanfaatan untuk industri, kompos dan terakhir sampah.
Bank pangan atau pegiat selamatkan pangan juga sangat diperlukan untuk menampung dan menyalurkan makanan yang masih bisa dimanfaatkan yang bisa disalurkan kepada panti asuhan, masyarakat rawan pangan, anak-anak, lansia dan masyarakat umum.
“Kami dari APRINDO juga mendukung hal itu. Untuk barang pra kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa mau dikemanakan, nanti kami mengundang para distributor agar dapat solusi bersama,” ungkap Robert Najoan.
Dalam waktu dekat akan diadakan pertemuan lanjutan dan ditindaklanjuti dengan membuat group untuk saling berkoordinasi.
Hadir pada kesempatan ini secara keseluruhan dan ikut memberi masukkan adalah dari Disperindag Sulut Arnold Kindangen, dari Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Sulut Robert Najoan, dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI Sulut) Hence Karamoy, dari Akademisi Ir. Maya Ludong, MS, serta dari Dinas Ketahanan Pangan yaitu Kepala Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Stendy K. Lakoy, SPi, MSi dan Herman Sonda S.Pt.
(***/srisurya)