Vila di kawasan Puncak, Cisarua. IST CISARUA – Vila kini menjadi pilihan utama wisatawan untuk bermalam saat berwisata di kawasan Puncak. Selain lebih murah, vila dianggap mampu menampung lebih banyak orang dibanding hotel.Namun, keberadaan vila komersial justru menjadi pesaing serius bagi hotel-hotel di kawasan Puncak yang kini mengalami penurunan jumlah tamu.Salah satu pengelola kafe di Puncak, Jatnika, mengatakan banyak vila tidak memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Banyak vila tidak menjadi wajib pajak atau tidak membayar pajak, sementara kami, kafe dan hotel, justru penyumbang pajak terbesar di sektor pariwisata,” ujar Jatnika, belum lama ini.Menurutnya, jumlah vila yang taat pajak sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah vila yang tidak membayar pajak.“Vila yang bayar pajak itu hanya ratusan, sementara jumlah vila bisa mencapai ribuan di Kecamatan Megamendung hingga Cisarua,” ucapnya.Ia menilai masih banyak potensi pajak dari vila yang hilang. “Atau mungkin sebenarnya vilanya bayar pajak, tapi tidak masuk ke kas daerah,” cetusnya.Sementara itu, saat dikonfirmasi terkait data jumlah vila di kawasan Puncak, Kepala UPT Pajak Daerah Kelas A Ciawi, Kamil Syamsudin, belum bisa memberikan keterangan. “Nanti ya Pak, saya lagi rapat. Datanya ada di kantor,” ujarnya singkat. Hingga berita ini diturunkan, data yang diminta belum juga diberikan.Terpisah, Ketua PHRI Kabupaten Bogor, Juju Djunaedi, membenarkan bahwa vila saat ini menjadi kompetitor utama hotel.“Setiap akhir pekan vila-vila di kawasan Puncak selalu penuh, sementara tingkat hunian hotel terus menurun,” kata Juju.Ia menegaskan, berbeda dengan vila, hotel sangat taat membayar pajak. “Kami, hotel, selalu bayar pajak,” tandasnya. =YUS