ILUSTRASI. Suasana receptionis di sebuah hotel di Jakarta, Selasa (9/9/2025). Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), mengungkapkan bahwa aksi demonstrasi yang berlangsung di Jakarta berdampak pada pembatalan reservasi di sejumlah hotel dan restoran, khususnya di kawasan pusat kota. Meski demikian, hotel dan restoran tetap beroperasi normal./KONTAN/Carolus Agus Waluyo. Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Real Estate Indonesia (REI) masih melihat potensi pertumbuhan industri hotel meskipun tren okupansi mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat okupansi hotel berbintang pada Juli 2025 tercatat sebesar 52,79%, turun 3,57% year-on-year (YoY). Sementara rata-rata okupansi hotel selama semester I-2025 berada di level 45,73%, turun 3,51% YoY. Baca Juga: Pendapatan Anjlok Hingga 50%, Industri Perhotelan Menanti Stimulus Pasar Dampak Larangan PSN Wakil Ketua Umum REI, Bambang Ekajaya, mengungkapkan penurunan okupansi salah satunya dipengaruhi oleh larangan aktivitas terkait Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk penyelenggaraan seminar, rapat, hingga kegiatan lain yang biasanya menopang sektor MICE (meetings, incentives, conferences, and exhibitions). “Industri perhotelan memang banyak ditunjang oleh segmen MICE, baik dari pemerintah maupun korporasi. Ketika ada larangan, otomatis berdampak besar terhadap okupansi,” jelas Bambang, Minggu (21/9). Namun, seiring pemerintah melonggarkan larangan PSN sejak pertengahan tahun ini, Bambang melihat prospek industri perhotelan bisa kembali membaik. Terlebih, pemerintah juga tengah menggulirkan stimulus untuk meningkatkan daya beli masyarakat, yang diharapkan berdampak pada konsumsi leisure dan perjalanan bisnis. Ia juga menyoroti tren positif di sektor properti, yang tumbuh 8%–9% sepanjang 2025, bahkan sempat mencatat pertumbuhan dua digit pada kuartal I. “Kalau sektor properti bisa tumbuh setinggi itu, sektor perhotelan harusnya bisa ikut rebound lebih tinggi ke depan,” tegas Bambang. Baca Juga: Demo Tekan Kinerja Hotel dan Restoran, Okupansi Makin Terpuruk Strategi Pengusaha Hotel Untuk mendorong pertumbuhan, Bambang menekankan pentingnya strategi adaptif dari pengusaha hotel, termasuk dengan menghadirkan insentif tambahan dan penawaran tarif kamar yang lebih kompetitif. “Dengan strategi harga yang lebih bersahabat dan dukungan insentif, okupansi hotel bisa kembali tumbuh, bahkan diharapkan dapat kembali ke level sebelum pandemi,” pungkasnya. Selanjutnya: Bea Cukai RI-Malaysia Berhasil Amankan Narkotika dan Rokok Ilegal di Perbatasan Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Ada Mawar! Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tag Industri Perhotelan Meeting Inchantive Converence Exhibitions Mice Industri MICE Industri Hotel