Bertumbuhnya hotel-hotel baru di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) maupun di Kota Minyak diyakini bakal memantapkan posisi Balikpapan sebagai kota meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE). BALIKPAPAN - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Soegianto menuturkan, para pengusaha tidak memiliki kekhawatiran dengan kehadiran hotel baru. Seperti tren saat ini di mana kawasan superblok aktif membangun hunian dan hotel. Malah sebaliknya, kondisi ini akan memenuhi okupansi atau jumlah kamar yang dibutuhkan kala terselenggaranya acara besar. "Kurang lebih ada 4.000 kamar (hotel) tersedia di Balikpapan, itu pun masih kurang. Kita harus bisa benar-benar siap dan maksimal menjadikan Balikpapan sebagai kota MICE. Saya juga dengar, awal November akan ada hotel baru di kawasan IKN, ditambah pihak Agung Podomoro akan membangun di kawasan superbloknya di Balikpapan. Itu bisa menunjang city occupancy kita," ucapnya, Selasa (24/10). Apalagi, kini Ibu Kota Nusantara (IKN) yang jaraknya tak jauh dengan Balikpapan. Menjadi beranda ibu kota baru membuat Balikpapan menjadi pilihan favorit bagi tamu yang berkunjung maupun untuk menggelar pertemuan. Saat ini, pengembangan hotel mewah terus tumbuh. Pilihan konsumen kian bergeser ke hotel dengan fasilitas lengkap dan layanan prima. Bahkan, seperti yang diketahui Presiden Joko Widodo telah melakukan ground breaking terhadap hotel di kawasan IKN dan tak lama lagi di awal November, akan terdapat hotel-hotel lainnya. Seiring kinerja sektor perhotelan yang semakin membaik, investasi hotel diproyeksi terus meningkat. Hotel kelas mewah, yakni bintang empat dan bintang lima kini mendominasi investasi baru sektor perhotelan. Sedangkan pendapatan per jumlah kamar tersedia (revenue per available room/RevPAR) hotel di Balikpapan masih fluktuatif. Mengingat kota ini bukanlah kota pariwisata, serta masih ketergantungan terhadap kegiatan/event. Namun belakangan, kombinasi tingkat hunian yang tinggi, tarif yang lebih tinggi dan peningkatan masuknya pengunjung baik dari dalam negeri maupun internasional telah memberikan kontribusi terhadap kinerja positif. "Okupansi kamar di Balikpapan masih amat baik, di angka 70-an persen. Begitu juga teman-teman restoran, karena kebutuhan food and beverage juga tinggi. Yang kita harapkan pula stok pangan dan harga komoditi tidak melambung jelang akhir tahun nanti," tuturnya. Dunia perhotelan dituntut mengikuti perkembangan, meski demikian masing-masing telah memiliki market atau segmentasi sendiri. Untuk menjadikan Balikpapan sebagai kota MICE, tentunya pembaruan tidak hanya dengan menambah sarana-prasarana hotel, tapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM) agar lebih mapan menghadapi persaingan global. Untuk itu, kata Soegianto, pada November mendatang, pihaknya bersama pemerintah akan menggelar pelatihan maupun sertifikasi, tidak hanya kepada hotelier namun juga restoran/hospitality. "Pelatihan dan sertifikasi menjadi suatu kebutuhan, bukan hanya untuk mengejar karir tapi bagaimana agar kita bisa menghadirkan sebuah layanan yang excellent," kata Soegianto. Dijadwalkan digelar secara rutin, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan SDM lokal lebih kompeten dan mampu naik kelas. Sehingga, dengan kehadiran IKN tidak akan ciut atau malah sekaedar jadi penonton. Ia meyakini SDM yang unggul akan membuat perekonomian lebih baik, sehingga kesejahteraan turut meningkat. Hanya saja Soegianto mengingatkan, perlunya dukungan terhadap infrastruktur yang memadai pula agar kegiatan ekonomi di Balikpapan dapat lancar. Kegiatan pembenahan jalan diharapkan segera rampung, agar tamu yang datang semakin nyaman. Demikian mengenai infrastruktur lainnya bisa segera dipenuhi, supaya tamu tidak kapok kala datang kemari. "Keberadaan hotel baru juga akan menambah pembukaan lowongan pekerjaan bagi masyarakat. Ekonomi akan semakin sehat dan geliat usaha restoran maupun lainnya akan semakin tumbuh. Cuma memang perlu didukung dengan infrastruktur kota yang baik juga," pungkasnya. (ndu/k15) Ulil [email protected]